REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA, – Pemerintah Kota Yogyakarta mengajak warga untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah dan beralih ke air perpipaan sebagai langkah mengatasi krisis air yang mengancam wilayah tersebut.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, dalam diskusi bertajuk "Bumi di Tepi Neraca" di Yogyakarta, Minggu, menekankan perlunya ekspansi penggunaan air perpipaan. "Kita harus mengurangi ketergantungan air tanah. Air perpipaan perlu diperluas, karena kalau masyarakat terus memakai sumur bor, kualitas dan kuantitas air tanah akan semakin turun," ujarnya.
Hasto menyoroti bahwa masalah lingkungan di Kota Yogyakarta tidak hanya terkait eksploitasi usaha, tetapi juga perilaku masyarakat yang masih abai. Penurunan muka air tanah, pencemaran sungai, dan tingginya volume sampah disebut sebagai dampak langsung dari pola hidup warga setempat. "Masalahnya adalah perilaku manusia. Meskipun tidak ada eksploitasi alam, kalau perilaku masyarakat tidak berubah, lingkungan tetap rusak," kata dia.
Strategi Perubahan Perilaku
Pemkot Yogyakarta menempatkan edukasi dan perubahan perilaku sebagai strategi utama untuk mengatasi masalah lingkungan. Selain itu, pengawasan terhadap pembuangan sampah dan limbah rumah tangga ke sungai juga ditingkatkan, mengingat praktik tersebut masih umum dilakukan warga.
Hasto juga menekankan pentingnya pembangunan kota yang selaras dengan keseimbangan ekonomi, sosial, dan pelestarian lingkungan sesuai dengan amanat dalam Perda RPJMD 2025-2029. "Pembangunan kota harus menjaga keseimbangan kepentingan ekonomi, sosial, dan pelestarian lingkungan agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat secara berkelanjutan," tutur Hasto.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.