Ahad 21 Apr 2019 08:36 WIB

Subuh Berjamaah dan Cerita Emil Bertemu Ulama Palestina

Emil menilai kuat atau lemahnya umat Islam dapat dilihat dari Subuh berjamaah.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur Jabar Ridwan Kamil memberikan tausiyah seusai Subuh berjamaah di Masjid Agung Tasikmalaya, Ahad (21/4).
Foto: Bayu Adji
Gubernur Jabar Ridwan Kamil memberikan tausiyah seusai Subuh berjamaah di Masjid Agung Tasikmalaya, Ahad (21/4).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil atau akrab dipanggil kang Emil mengingatkan umat Muslim di Kota Tasikmalaya untuk terus menghidupi masjid agar terus ramai. Menurut dia, salah satu menjaga indikator kuat atau lemahnya umat Islam dapat dilihat dari jumlah jamaahnya di masjid-masjid.

Emil mengaku, sejak menjadi wali kota Bandung, ia rutin melakukan Subuh keliling ke masjid-masjid di wilayahnya. Bukan tanpa sebab sebagai kepala daerah dirinya melakukan hal itu. Emil mengungkapkan, suatu hari pernah bertemu seorang ulama asal Palestina.

Baca Juga

"Ulama itu mengajarkan bahwa musuh Islam takut ketika Muslim melakukan shalat Subuh berjamaah jika jamaahnya seramai shalat Jumat," kata dia saat memberikan tausiyah usai Subuh Keliling di Masjid Agung Tasikmalaya, Ahad (21/4).

Namun, jika jamaah shalat Subuh hanya sebanyak dua atau tiga, jangan harap musuh Islam akan takut. Di Kota "santri" Tasikmalaya pun, kata Emil, jamaah shalat Subuh yang ia lihat belum seperti yang diharapkan, hanya sekitar lima baris.

Karena itu, lanjut dia, merupakan tugas pemimpin Muslim untuk mengajak warganya Subuh berjamaah. Menurut dia, jamaah salat Subuh di Tasikmalaya akan meningkat jika pemimpinnya rutin melakukan Subuh Keliling.

"Bahkan, ulama itu yakin jika jamaah Subuh di Indonesia seperti shalat Jumat, yang memerdekakan Al Aqsa adalah Muslim Indoneisa. Ukurannya itu, Subuh berjamaahnya ramai," kata dia.

Tak hanya itu, Emil mengatakan, aktivitas di masjid bisa meningkatkan nilai spiritual dalam diri Muslim. Pasalnya, jika seseorang dibesarkan tanpa adanya sentuhan spiritual, yang ada hanyalah mesin dan bisa kehilangan tujuan hidup.

Ia mencontohkan negara maju dalam hal budaya populer dan teknologi seperti Korea Selatan. Meski industri hiburan dan teknologi di negara itu berkembang pesat, warganya banyak yang hidup dalam tekanan. Faktanya, penduduk Korea Selatan tercatat yang memegang angka bunuh diri nomor dua di dunia.

"Mereka tidak punya pegangan spiritual, jadi menyelesaikan masalah dengan bunuh diri. Karena itu, dalam pemerintahan Jabar sekarang, membangun jalan tol sama pentingnya dengan melaksanakan Subuh berjamaah," kata dia.

Bukan hanya untuk menanamkan nilai spiritual, Emil menambahkan, shalat subuh berjamaah juga bisa memperat silaturahim. Menurut dia, silaturahim adalah salah satu faktor penting agar manusia tetap bahagia.

Ia kembali mencontohkan negara lainnya, Singapura, yang meskipun penduduknya kaya tapi tidak betah di tinggal di sana. Pasalnya, di Singapura tak ada kebiasaan bersilaturahim tanpa adanya kepentingan bisnis.

"Karena itu saya tekankan, Jabar harus juara lahir batin. Bukan hanya pembangunan fisik, tapi juga agama," kata dia.

Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman mengatakan, selama ini pihaknya telah berupaya untuk menggalakkan program yang meningkatkan pemahaman agama. Menurut dia, program Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya seperti Tasik Mengaji, Tasik Berjamaah, dan Tasik Bersedekah, adalah beberapa upaya meningkatkan pemahaman spiritual warganya.

"Kita ingin pembangunan maju tanpa meninggalkan nilai budaya dan agama," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement