Kamis 14 Mar 2019 16:47 WIB

Saat Negosiasi Gagal dan Solimah Memilih Mati

Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto turun langsung memimpin negosiasi.

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Personel kepolisian berjaga di lokasi terjadinya ledakan yang diduga bom saat penggerebekan terduga teroris di kawasan Jalan KH Ahmad Dahlan, Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, Kota Siboga, Sumatera Utara, Selasa (12/3).
Foto: Antara
Personel kepolisian berjaga di lokasi terjadinya ledakan yang diduga bom saat penggerebekan terduga teroris di kawasan Jalan KH Ahmad Dahlan, Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, Kota Siboga, Sumatera Utara, Selasa (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istri terduga teroris Husain alias Abu Hamzah memilih meledakkan diri bersama anaknya yang berusia dua tahun pada Rabu (13/3) dini hari lalu. Ia tak mau ikut diamankan polisi seperti nasib suaminya.

Sebelum ledakan, upaya negosiasi dilakukan petugas agar sang istri mau keluar dari rumahnya di Jalan Cenderawasih, Kelurahan Pancuran bambu, Sibolga, Sumatera Utara. Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto bahkan turun langsung memimpin negosiasi. 

“Jadi negosiasi hari itu dipimpin oleh Kapolda sendiri, bersama kapolres, bupati serta dandim,” kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, Kamis (14/3).

Proses negosiasi juga dilakukan dengan memanfaatkan pengeras suara dari masjid.

Bahkan untuk membujuk istri Husain ini, polisi juga mendatangkan tokoh agama setempat. Dengan harapan agar suaranya bisa didengar oleh istri Husain yang belakangan diketahui bernama Solimah.

"Kita menggunakan pengeras suara masjid, takmir masjidnya juga (turut berbicara agar) didengar suaranya. Kita (aparat) disitu belum berani masuk karena kita utamakan keselamatan jiwa yang dalam rumah dan petugas kami," ungkap Dedi.

photo
Warga menyaksikan lokasi terjadinya ledakan yang diduga bom saat penggerebekan terduga teroris di kawasan Jalan KH Ahmad Dahlan, Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, Kota Siboga, Sumatera Utara, Selasa (12/3).

Polisi pun ikut menghadirkan rekaman suara Husain agar istrinya mau menyerahkan diri. Terutama menyelamatkan anak-anaknya. Sayangnya negosiasi yang dilakukan hingga Rabu pagi, 13 Maret 2019 justru dibalas oleh Solimah dengan dua kali ledakan bom. Ledakan terjadi pada pukul 1.20 WIB dan 1.40 WIB.

Pasca ledakan itu, polisi masih belum memasuki rumah Solimah. Karena polisi curiga akan ada ledakan susulan. "Kami belum mendekat ke TKP dulu karena khawatir ada ledakan susulan. Ternyata benar, selang beberapa menit terjadi susulan ledakan kembali," kata Dedi.

Polisi pun segera memanggil petugas pemadam kebakaran untuk lebih dulu memadamkan api. Karena rumah terduga teroris ini berada di kawasan padat penduduk  sehingga khawatr kobaran api cepat merambat ke rumah di sekitarnya.

"Kalau tidak segera dipadamkan akan terjadi kebakaran yang cukup luas. Api berhasil dipadamkan sekitar jam 4 pagi, baru aparat berhasil mengevakuasi tubuh korban. Siang ini baru bisa diidentivikasi," kata Dedi.

Melihat bagaimana alotnya upaya negosiasi yang dilakukan aparat terhadap Solimah, Dedi membenarkan pernyataan Husain. Bahwa istrinya justru terpapar paham radikal lebih dalam ketimbang dirinya.

"(Saudaranya turut membujuk) termasuk H (Husain) sempat menyampaikan imbauan kepada istrinya, tapi H yakin menyampaikan kepada petugas (bahwa) istrinya lebih kuat terpapar paham ISIS dibanding H sendiri," kata Dedi.

Penangkapan Husain

Terduga teroris Husain alias Abu Hamzah tertangkap oleh Densus 88 Mabes Polri pada Selasa (12/3) pukul 14.23 WIB.  Menurut pengakuan Husain, anak dan istrinya berada di dalam rumahnya.

Densus 88 pun berniat mengecek keberadaan istri dan anak Husain di dalam rumah. Sayangnya saat hendak melakukan pengecekan, polisi justru dikagetkan dengan ledakan bom dari dalam rumah tersebut. Ledakan terjadi pada hari yang sama sekitar pukul 14.50 WIB.

Akibat ledakan itu, seorang anggota dan juga seorang warga mengalami luka serius. Mereka langsung mendapatkan perawatan medis di rumah sakit terdekat di Sibolga.

Pasca terjadinya ledakan tersebut, anggota tidak lagi langsung memasuki kediaman Husain.

Rahmad Noveri yang merupakan Kepala Lingkungan III Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas menceritakan kronologis kejadian. Diungkapkannya, pada pukul 14.00 WIB dirinya ditelepon pihak kepolisian dan meminta mendampingi penggerebekan terhadap seorang warga.

Sebelum penggerebekan dilakukan, Rahmad diberi waktu membujuk terduga teroris itu untuk menyerahkan diri, namun usaha itu tidak membuahkan hasil. Setelah negoisasi berlangsung satu jam dan tidak membuahkan hasil, pihak kepolisian dibantu paman pelaku pun mendobrak pintu rumah U.

Saat pintu berhasil didobrak terdengar ledakan kuat diduga bom yang dilemparkan oleh U. "Jadi pas pintu berhasil kita dobrak, langsung ada ledakan kuat," cerita Rahmad.

Dua jenazah

Pada Rabu, tim DVI Polri memastikan terdapat dua jenazah di lokasi ledakan bom di Sibolga, Sumatera Utara (Sumut), Rabu (13/3).  Dua jenazah tersebut satu perempuan dan satu balita yang ditaksir berusia dua tahun. Keduanya dalam keadaan tubuh yang tak utuh.

“Yang sudah dipastikan itu jasad perempuan sekitar 30-an tahun. Dan satu jasad anak-anak, usianya sekitar dua tahunan,” kata Dedi, Rabu (13/3).

Saat ini dua jenazah tersebut ada di Laboratorium Forensik dan INAFIS, untuk diidentifikasi. Dugaan sementara, dua jenazah tersebut, merupakan keluarga dari terduga terorisme Abu Hamzah.

Densus 88 Anti-teror, pada Selasa (12/3) menangkap hidup Husain alias Abu Hamzah di Sibolga, Sumut. Ia ditangkat lantaran terkait dengan jaringan terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement