REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, pelaku teror di Sibolga memang berharap adanya kontak senjata dengan polisi.
Pelaku teror, kata dia, memang menargetkan polisi sebagai sasaran. Istri terduga teroris Husain sengaja memancing anggota Densus mendekat untuk kemudian dijebak ke dalam bom bunuh diri.
"Dia (istri Abu Hamzah) memang mau mati karena memercayai bom bunuh diri tiket ke surga. Kalau anggota polisi kan tidak berpikir seperti itu. Mereka menjalankan tugas," ujar Tito di Auditorium Universitas Negeri Padang, Kamis (14/3).
Menurut Tito, pelaku peledakan bom di Sibolga, merakit bom secara mandiri. Husain alias Abu Hamzah dan istrinya belajar merakit bom dari situs online.
Bom yang dibuat pasangan suami istri ini kata Kapolri terbilang sangat berbahaya karena daya ledaknya mencapai radius 100 meter.
"Pelaku belajar membuat bom itu dari internet. Tidak lagi dengan komando. Tapi sudah mandiri," kata Tito
Tito menyebut kejadian bom di Sibolga ini menyadarkan semua pihak bahwa sel-sel teroris belum sepenuhnya habis di Indonesia. Sel-sel teror kata dia bergerak tanpa komando. Dan bisa mandiri dalam menciptakan peledak.
Tito kemudian menjelaskan kronologis penangkapan pelaku teror di Sibolga ini. Pihak Detasemen Khusus (Densus) 88, kata dia, membutuhkan waktu sampai 10 jam untuk melakukan negosiasi agar istri Abu Hamzah menyerahkan diri.
Tapi negosiasi tidak ada hasil, Istri Abu Hamzah memutuskan melakukan aksi bom bunuh diri yang menewaskan ia beserta seorang anaknya.