REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK SELATAN- Wakil Bupati Kabupaten Solok Selatan Abdul Rahman mengatakan ratusan pengungsi korban gempa bumi yaang terjadi Kamis (28/2) butuh tambahan pasokan tenda darurat dan logistik. Data yang dihimpun Republika sampai malam kemarin, jumlah pengungsi korban gempa Solok Selatan berjumlah 200 jiwa dari 45 kepala keluarga.
"Kebutuhan yang mendesak adalah tenda-tenda darurat dan tempat penampungan sementara. Kemudian logistik, makanan cepat saji, dan dapur umum," kata Abdul.
Abdul menambahkan masih banyak masyarakat yang enggan kembali ke rumah masing-masing karena trauma dengan gempa. Sehingga, kebutuhan logistik di sana menjadi tinggi karena masyarakat belum bisa menghidupkan dapur rumah tangga.
Abdul menjelaskan kecamatan yang paling parah terdampak gempa adalah Kecamatan Balai Janggo. Di sana hampir 90 persen rumah mengalami kerusakan. Pemerintah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan instansi-instansi terkait masih melakukan pendataan jumlah kerusakan dan korban. Mereka masih menginventarisir, mendata, dan mengidentifikasi rumah-rumah yang tergolong rusak parah, sedang, atau ringan. Untuk rumah-rumah yang mengalami kerusakan sedang dan ringan, pemerintah sudah berencana menggunakan kekuatan yang ada untuk melakukan pemulihan (recovery) dengan gotong royong.
Untuk pelayanan kesehatan, Abdul mengimbau masyarakat yang terdampak gempa agar proaktif mendekati pelayanan kesehatan darurat yang telah tersedia. Di antaranya di Puskesmas Mercu Puskesmas Abai, Puskesmas Talunan, dan Puskesmas Bidar Alam.
Menurut keterangan Abdul tim evakuasi kesulitan menyisir semua tempat terutama di Kecamatan Balai Janggo. Kecamatan tersebut sangat luas dan kondisi jalanan yang belum terlalu baik. "Masyarakat juga harus proaktif untuk mendapatkan pelayahan. Daerah sangat luas, banyak jalan yang sulit," ucap Abdul.