Ahad 24 Feb 2019 18:28 WIB

Warga 'Serbu' Jajanan Pasar di Plasa Sriwedari Solo

Pameran kuliner tersebut dimeriahkan oleh 115 pelaku usaha.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Jajanan Pasar Khas Solo. Aneka ragam jajanan pasar khas Solo disajikan di Plasa Sriwedari, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Ahad (24/2) pagi. Kegiatan bertajuk Semarak Jajanan Pasar Rakyat Sala tersebut diikuti 115 pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menyajikan 70 jenis jajanan pasar.
Foto: Republika/Binti sholikah
Jajanan Pasar Khas Solo. Aneka ragam jajanan pasar khas Solo disajikan di Plasa Sriwedari, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Ahad (24/2) pagi. Kegiatan bertajuk Semarak Jajanan Pasar Rakyat Sala tersebut diikuti 115 pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menyajikan 70 jenis jajanan pasar.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sebanyak 70 jenis jajanan pasar disajikan di stan-stan yang didirikan di kawasan Plasa Sriwedari, Kota Solo, Jawa Tengah, Ahad (24/2) pagi. Aneka ragam jajanan pasar itu mengundang warga yang menikmati gelaran Car Free Day (CFD) di Jalan Slamet Riyadi untuk mampir.

Sejak pukul 06.00 WIB, warga mulai berdatangan untuk menikmati sajian jajanan pasar yang dibalut dengan kegiatan Semarak Jajanan Pasar Rakyat Sala 2019 tersebut. Tak butuh waktu lama, stan-stan tersebut telah dipenuhi oleh ribuan warga.

Mereka mengantre untuk dapat membeli dan mencicipi jajanan pasar khas Solo yang sebagian sudah sulit ditemukan. Sebanyak 70 jenis jajanan pasar tersebut terdiri dari 25 jenis jajanan pasar basah, 15 jenis jajanan pasar kering, 20 jenis masakan Sala, dan 10 jenis minuman.

Jajanan pasar basah yang disajikan antara lain, ande-ande lumut, lenjongan, gronto, lupis, apem, tahu petis, aneka jenang, srabi, getuk, jadah, lemper, gemblong, arem-arem, tiwul, sosis solo, aneka gorengan, timus, wajik, pukis, dan ketan bubuk.

Sedangkan jajanan kering seperti brem, peyek, rengginang, semprong, onde-onde, intip, ceriping pohong, dan rambak sapi. Kemudian, masakan khas Solo seperti gudeg, sate buntel, sate kere, bakmi toprak, timlo, tengkleng, tahu kupat, sego pecel, gendar pecel, bebek goreng, dan ayam goreng.

Sementara minuman yang dipamerkan seperti dawet, gempol pleret, susu kedelai, wedang jahe, dan wedang uwuh. Sebagian jajanan pasar telah ludes dalam waktu dua jam. Sebagian stan lainnya masih dipenuhi warga yang mengantre untuk membeli.

Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Subagiyo, mengatakan pameran jajanan pasar bertujuan untuk mempromosikan, memberi pengetahuan, dan meningkatkan pariwisata kuliner asli Solo. Selain itu, juga untuk menghidupkan Pasar Solo zaman dulu.

Sehingga, jajanan pasar dan masakan khas Solo semakin dikenal banyak orang. Pameran kuliner tersebut dimeriahkan oleh 115 pelaku usaha kuliner yang terdiri dari pedagang kuliner pasar tradisional, pedagang kaki lima (PKL) Shelter Kuliner, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang tergabung dalam Asosiasi Kuliner.

"Masyarakat ternyata sangat antusias. Masyarakat barangkali baru tahu ini ada cenil dan jajanan lainnya, biasanya hanya di Pasar Gede, tidak terlihat," terangnya, kepada wartawan di sela-sela acara tersebut.

Sementara itu, Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan Semarak Jajanan Pasar Rakyat Sala tersebut diharapkan masyarakat semakin mencintai jajanan khas Kota Solo. Salah satunya seperti lenjongan, getuk, sawut, gatot, lentho, dan banyak lagi macam jajanan Solo.

"Ini salah satu upaya kami untuk mendorong supaya jajanan pasar lebih dicintai lagi oleh masyarakat. Karena ini dari sisi gizi lebih baik dibandingkan beras. Dengan semakin banyak makan nasi, gula darah kita semakin tinggi," ujarnya.

Karenanya, tujuan kegiatan tersebut salah satunya untuk mendorong kembali supaya daya saing jajanan pasar bisa diangkat kembali. Meskipun saat ini banyak jajanan modern yang berkembang pesat, tak terkecuali di Solo. Namun, wali kota menyatakan jajanan seperti keripik kentang, keripik singkong, dan keripik pisang lebih enak kalau dimasak secara tradisional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement