REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sudiyono mengatakan bahwa Gunung Rinjani merupakan hulu dari 54 sungai yang ada di Lombok, Nusa Tenggara (NTB). Dari 54 sungai tersebut, kata Sudiyono, 41 desa sangat bergantung pada pemanfaatan Gunung Rinjani.
"Namun hingga kini masih banyak pekerjaan rumah di TNGR yang belum terselesaikan," ujar Sudiyono saat bertemu Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah di ruang kerjanya di Kantor Pemprov NTB, Selasa (15/1).
Ia menyoroti belum ada kesepahaman mengenai sistem tiketing yang dapat diterima semua pihak sehingga masing-masing objek wisata masih mematok tiket masing-masing. Padahal, kata dia, jika terintegrasi secara maksimal maka pendapatan dan kebermanfaatannya akan jauh lebih besar.
Sudiyono menjelaskan, hingga saat ini TNGR telah menerapkan pembelian tiket secara daring dan menerapkan kuota untuk pendakian. Namun, dia menyayangkan belum adanya integrasi yang baik antara paket wisata jalur pendakian dengan yang ada di luar kawasan TNGR.
"Namun belum ada konektivitas paket wisata pendakian dengan wisata di luar kawasan TNGR. Prinsipnya TNGR ingin kerjasama pengelolaan satu tiket (tiket bersama) antara pemda dengan TNGR," kata Sudiyono.
Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah meminta adanya penataan yang serius terhadap objek wisata TNGR. "Kita harus mampu untuk menata Rinjani. Jangan setengah-setengah, harus serius serta fokus. Dilihat bagaimana formulasinya sehingga semua pihak merasa berkepentingan. Banyak sekali PR (pekerjaan rumah) kita di sini," ujar Rohmi.
Rohmi mengimbau seluruh pemangku kebijakan menjaga komunikasi dan mampu duduk bersama untuk menghasilkan solusi.
"Mari kita identifikasi masalahnya, alternatifnya seperti apa. Pemprov NTB, TNGR, dan Pemerintah Kabupaten harus senantiasa berkomunikasi bersama," kata Rohmi.
Rohmi menegaskan komitmen Pemprov NTB dalam mendukung Balai TNGR menata Gunung Rinjani. Rohmi juga menyinggung konsep wisata halal yang juga harus dipikirkan penataannya di TNGR.
"Mari kita mengatur TNGR ini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Minuman keras, moralitas, walau tidak semuanya benar, namun perlu kita atur dan mulai berpikir untuk menjadikan Rinjani punya ciri khas tersendiri dan punya keistimewaan ketika mendaki," ungkap Rohmi.