REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby menilai, isu pembakaran bendera berlanjut hingga aksi massa berpotensi dimanfaatkan lawan politik untuk menjatuhkan citra pejawat. Dalam beberapa rilisnya LSI menyebut pemerintahan Jokowi sering diidentifikasi tak ramah kepada umat Islam.
Namun juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Gamal Albinsaid membantah jika pihaknya memanfaatkan isu agama, seperti kasus pembakaran bendera Tauhid untuk menyerang Joko Widodo. Justru menurutnya, Koalisi Indonesia Adil Makmur (KIAM) lebih mengutamakan persatuan.
"Kami tidak pernah dan tidak akan pernah menggunakan isu-isu agama untuk Pilpres 2019. Bagi kami persatuan, persaudaraan, dan kerukunan kita sebagai bangsa jauh lebih berharga dari sekedar Pilpres 2019," jelas dokter berusia 29 tahun itu, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (3/11).
Tidak hanya, Gamal juga mengatakan, pihaknya akan terus konsisten berupaya dengan sungguh-sungguh dan penuh ketulusan untuk meningkatkan rasa saling menghormati dan rasa saling menyayangi diantara masyarakat.
Oleh karena itu, BPN meyakini bahwa siapapun yang memimpin Indonesia kelak harus mampu menjadi perekat antar warga negara. Presiden yang baru harus mampu membangun persaudaraan dan kerukuan antar warga negara.
"Dalam kontestasi pilpres 2019 ini, kami berkomitmen untuk membangun politik yang bermartabat, politik yang beretika, dan politik yang beradab," tutupnya.