Selasa 30 Oct 2018 02:22 WIB

DVI: Satu Kantong Mungkin Berisi Lebih dari Satu Jenazah

DVI Polri berharap seluruh keluarga korban hadir untuk pengambilan sampel DNA.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas gabungan PMI, dan Polri mengevakuasi korban pesawat Lion Air JT 610 pascakecelakaan, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (29/10/2018).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Petugas gabungan PMI, dan Polri mengevakuasi korban pesawat Lion Air JT 610 pascakecelakaan, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (29/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 24 kantong jenazah korban pesawat jatuh Lion Air JT 610 dilaporkan telah tiba di Rumah Sakit (RS) Polri, Senin (29/10), Jakarta. Menurut Tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri, ada kemungkinan jumlah jenazah yang dibawa melebihi jumlah kantong tersebut. 

Menurut Kepala RS Polri Kombes Pol Musyafak, per pukul 23.30 WIB terdapat 24 kantong jenazah yang telah tiba. Di mana angka tersebut bukan berarti jumlah jenazah yang ada. Ia mengatakan, ada kemungkinan jumlah jenazah dalam satu kantong lebih dari satu.

"Dalam satu kantong, kemungkinan ada lebih dari satu jenazah," katanya, di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin.

Jumlah kantong jenazah yang tiba di RS Polri, menurutnya, diperkirakan akan masih segera bertambah. Masih ada dua kapal evakuasi yang kata dia hendak merapat.

Sementara itu sebanyak 132 data ante mortem keluarga berhasil dikumpulkan Tim DVI, dengan baru separuhnya diambil sampel DNA. Ia menyatakan, hal itu dikarenakan keluarga korban yang hadir tidak semuanya mengajak orangtua ataupun anak, sehingga proses pengambilan sampel DNA tidak bisa dilakukan bersamaan.

Untuk memperlancar jalannya proses identifikasi, ia mengimbau dan berharap para orangtua ataupun anak-anak korban dapat hadir ke Posko Ante Mortem RS Polri untuk pemeriksaan dan pengambilan sampel DNA. "Kami berharap orangtua ataupun anak korban bisa datang untuk pemeriksaan DNA," ujarnya.

Menurutnya, pengambilan sampel DNA orangtua ataupun anak korban menjadi penting agar pelaksanaan pencocokan ante dan post mortem dapat berjalan dengan baik. Sejauh ini, lanjutnya, kesulitan proses identifikasi jenazah adalah karena jenazah yang ditemukan dalam keadaan tidak utuh.

"Kesulitan identifikasi adalah karena jenazah yang ditemukan tidak utuh," ujarnya.

Sementara itu Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menyatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan menunggu proses lebih lanjut dari Tim DVI RS Polri untuk dapat menentukan langkah bantuan seperti apa yang diperlukan RS Polri dari Kemenkes.

"Kita tunggu proses identifikasi ini, baru nanti kita tentukan bantuan seperti apa yang akan Kemenkes terjunkan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement