REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai pemilih milenial menjadi magnet bagi para politisi khusus calon anggota legislatif (caleg) untuk menggaet suara dari kalangan tersebut. "Kalangan milenial dianggap 'seksi' karena jumlahnya sekitar 60 juta suara," kata Siti usai menghadiri deklarasi "Perkumpulang Swing Voters" di Jakarta, Ahad (21/10).
Hal itu, menurut dia, membuat para politisi memposisikan dirinya sebagai anak muda atau milenial demi menggaet suara yang jumlahnya signifikan tersebut. Karena itu, dia menilai para politisi tersebut dipikirannya memenangkan kontestasi lalu menganalogikan dirinya sebagai milenial dan berusaha semaksimal mungkin menjadi milenial.
"Hal itu tidak masalah asalkan dalam koridor yang benar dan tidak melampaui batas," ujarnya.
Siti mengingatkan kaum milenial memiliki preferensi sendiri dalam menentukan pilihan politiknya dan tidak bisa disamakan dengan kriteria kalangan di luar mereka. Dia mencontohkan dirinya yang sudah berusia 60 tahun cenderung memilih kandidat yang kalem dan tidak akan memilih yang cengengesan.
"Orang yang sudah mapan cenderung memilih kandidat yang mampu atau tidak eksekusi sebuah kebijakan dan memberikan ketudahan," ucapnya.