REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, sejak awal dirinya sudah menduga bahwa kabar bahwa Ratna Sarumpaet menjadi korban penganiayaan adalah tidak benar. JK merasa heran karena Ratna Sarumpaet terkesan diam saja setelah kabar penganiayaan tersebut tersebar luas.
"Sejak awal saya sudah duga karena tidak mungkin seorang Sarumpaet dianiaya tanpa berteriak. Keadaan aman saja (dia) berteriak, apalagi kalau keadaan susah, tidak mungkin tidak didengar orang," kata Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden Jakarta, Kamis (4/10).
Terkait dengan peristiwa tersebut dapat meningkatkan elektabilitas pasangan Jokowi/Ma'ruf, Wapres enggan mengomentari lebih lanjut. "Itu nantilah, itu urusan politik," ucap JK sebelum memimpin rapat penanganan bantuan asing untuk gempa Palu.
Aktivis hak asasi manusia (HAM) Ratna Sarumpaet mengakui tidak terjadi penganiayaan pada dirinya dan membenarkan luka lebam di wajahnya karena melakukan prosedur bedah plastik.
"Tidak ada penganiayaan. Itu hanya cerita khayal entah diberikan oleh setan mana ke saya dan berkembang seperti itu," katanya dalam konferensi pers di rumahnya, Bukit Duri, Jakarta, Rabu (3/10).
Ratna Sarumpaet yang didampingi sejumlah rekannya menjelaskan kronologi kebohongan yang beredar tentang dirinya dianiaya oleh sejumlah oknum di Bandung. Pada tanggal 21 Oktober 2018, dia mendatangi RS Bina Estetika di Menteng untuk melakukan prosedur sedot lemak di pipi kanan dan kirinya. Namun, pada tanggal 22 Oktober saat terbangun, Ratna melihat mukanya lebam berlebihan tidak seperti yang dia alami biasanya.
Anak-anaknya tidak puas dengan jawaban pendek itu. Dalam seminggu, dia terus dikorek sehingga dia berakhir melakukan kebohongan dan mengembangkan ide cerita pemukulan. Cerita tersebut hanya berputar di lingkungan keluarga dan Ratna tidak bermaksud mengaitkan hal tersebut dengan politik, apalagi setelah fotonya bermuka lebam sepekan lebih kemudian tersebar di media sosial.