REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi masih ada ratusan korban yang tertimbun runtuhan bangunan di Perumahan Balaroa, Palu. Pasalnya, Perumahan Balaroa mengalami fenomena tanah ambles pada saat gempa bumi terjadi.
“Diperkirakan ratusan korban masih tertimbun di Perumnas Balaroa,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui keterangan tertulis pada Senin (1/10).
Sutopo menerangkan, sebanyak 1.477 rumah mengalami kerusakan parah diakibatkan guncangan gempa bumi berkekuatan 7,4 SR tersebut. Akibatnya, tidak sedikit rumah yang bahkan ambles dan terbelah akibat tanahnya yang rusak parah.
Menurut Sutopo, 1.477 rumah di Perumahan Balaroa rusak dan tertimbun lumpur. Lokasinya yang berada di jalur sesar Palu Karo sehingga ketika terjadi gempa kondisi tanah menjadi naik-turun.
Selain itu, lanjut Sutopo, kurangnya alat berat serta medan yang rusak mengakibatkan proses evakuasi masih dilakukan secara manual. Hingga saat ini, ia menambahkan, masih belum diketahui berapa jumlah warga perumahan tersebut yang tertimbun bangunan ataupun tanah. “Kita belum tahu berapa jumlah masyarakat yang tertimbun,” ujarnya.
Untuk diketahui, sampai hari ini 844 warga menjadi korban gempa dan tsunami. Sebanyak 821 orang merupakan korban tsunami di Palu, 11 orang korban gempa Donggala, dan 12 orang korban gempa di Kabupaten Parigi Moutong. “Korban yang meninggal dunia segala dimakamkan secara layak setelah dilakukan identifikasi melakui DVI dan sidik jari,” katanya menjelaskan.
Sedangkan, jumlah korban yang hilang saat ini tercatat sebanyak 90 orang. Dan, mereka yang menderita luka-luka masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 632 orang.