Selasa 18 Sep 2018 09:40 WIB

Pidato SBY: Sindiran, Kritik, Hingga Kebanggaan Masa Lalu

SBY bicara soal politik, kesenjangan, krisis ekonomi, hingga sukses pemerintahannya.

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyampaikan pidato politik pada perayaan Hari Ulang Tahun Partai Demokrat ke-17 di Djakarta Theater, Jakarta, Senin (17/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyampaikan pidato politik pada perayaan Hari Ulang Tahun Partai Demokrat ke-17 di Djakarta Theater, Jakarta, Senin (17/9).

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Rizkyan Adiyudha

Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung terkait banyaknya ibu-ibu yang mengeluhkan tingginya harga barang. Juga, SBY berbicara tentang kondisi ekonomi saat ini, politik, hingga masalah kebebesan media.

SBY mengungkapkan itu saat membawakan pidato politik bertema 'Utamakan Rakyat dan Bangun Politik yang Beradab'.  Pidato tersebut disampaikan SBY dalam acara ulang tahun Partai Demokrat ke-17.

Dalam kesempatan itu, pria kelahiran Pacitan 69 tahun silam tersebut mengaku telah berkeliling dan berdialog dengan sejumlah warga di Nusantara. Masyarakat, terutama ibu-ibu, kata SBY, mengeluh atas kenaikan harga-harga bahan pokok.

Penderitaan mereka ditambah lagi dengan minimnya penghasilan yang dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketua Umum Partai Demokrat itu pun menerima keluhan atas sedikitnya ketersediaan lapangan pekerjaan. Alih-alih mendapatkan kerja, SBY mengatakan, masyarakat justru banyak yang kehilangan mata pencaharian mereka.

Di saat yang bersamaan, SBY menangkap kecemasan anak-anak muda, termasuk yang masih sekolah dan kuliah, atas kepastian pekerjaan yang akan mereka dapatkan. Dia mengklaim menangkap kekhawatiran kalangan dunia usaha baik papan atas, menengah maupun bawah, atas terus menurunnya bisnis mereka. Keluhan mereka juga menyangkut kebijakan perpajakan yang dianggap membebani.

Pendiri Partai Demokrat ini mendengarkan kritik masyarakat atas penegakan hukum yang di sana-sini dianggap kurang adil, termasuk dalam pemberantasan korupsi yang dinilai tebang pilih. SBY menyatakan telah mendengarkan suara rakyat yang merasa takut untuk berbicara di ruang publik, maupun di media sosial, karena khawatir akan dikriminalisasi atau ditindak secara hukum.

Menurut SBY, kondisi itu berbeda dengan pemerintahannya pada 2004. Dia mengklaim sejumlah keberhasilan yang telah dia capai selama 10 tahun memimpin negara. SBY berpendapat, kondisi itu tidak dijumpai selama dua periode rezim pemerintahannya.

Selama 10 tahun pemerintahannya telah mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi. Perekonomian nasional dapat tumbuh rata-rata 6 persen ditambah pengangguran turun dari 9,9 persen menjadi 5,7 persen. 

Selama berkuasa, SBY mengklaim telah berhasil menekan angka kemiskinan dari 16,7 persen menjadi 10,96 persen. "Artinya kami bisa menurunkan angka kemiskinan sekitar 6 persen atau setara dengan 8,6 juta orang yang keluar dari jerat kemiskinan," demikian bunyi pidato SBY.

Lingkungan hidup masyarakat juga makin terjaga. Hal ini membuktikan bahwa strategi empat jalur yang diinisiasi pemerintah dapat tercapai. Itu membuktikan pula jika pemerintah saat itu telah memenuhi janjinya.

Keberhasilan yang dibanggakan SBY berpaku pada peningkatan pendapatan per kapita hingga lebih dari tiga kali lipat dari Rp 10,55 juta menjadi Rp 36,5 juta. Menurut SBY, itu membuktikan jika kehidupan rakyat Indonesia saat itu semakin sejahtera. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement