REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Indonesia memiliki potensi dan kekuatan untuk menjadi negera yang besar, jika mampu mengembangkan potensi sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, pengembangan potensi SDM ini menjadi fokus pemerintahan pada tahun depan setelah pembangunan infrastruktur dilakukan.
"Tahapan kedua membangun SDM. Karena fondasi-fondasi untuk daya saing, jadi kuncinya adalah SDM. Kita ini memiliki kapasitas terpendam. Punya kekuatan terpendam tapi belum dibangkitkan," kata Jokowi di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, Jawa Timur, Kamis (6/9).
Menurut Presiden, potensi yang dimiliki oleh generasi muda Indonesia tak kalah dengan bangsa lain. Namun, kurangnya upaya untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan potensi SDM menyebabkan Indonesia tertinggal dari negara lain. "Saya sudah bandingkan dengan negara lain tapi kita memang belum fokus di sana," ujarnya.
Ia pun mencontohkan prestasi para atlet Indonesia di ajang Asian Games 2018 yang dapat meraih medali melebihi target. Jokowi menceritakan, pada awalnya ia ragu atlet Indonesia mampu meraih 16 medali emas yang ditargetkan. Namun justru para atlet Indonesia bisa menduduki peringkat keempat dalam perolehan medali.
"Saya sendiri saat itu juga ragu 16 emas. Sebelumnya berapa? 4. Tiga bulan ngomong lagi, (target) 20. Tapi bangsa ini kalau sudah muncul nasionalismenya muncul ya jadinya 31 emas," jelasnya.
Lebih lanjut, dalam kesempatan ini, Jokowi juga mengapresiasi peran Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang terlahir menjadi bagian perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Menurutnya, organisasi yang beranggotakan kaum intelektual ini telah berjasa memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan bangsa melalui pendidikan.
"Peranan PGRI sangat strategis dalam menggerakkan organisasinya ke seluruh negeri. Teruslah berjuang dan berbakti kepada bangsa dan negara," ucap Jokowi.
Dalam acara ini, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Ketua Umum PP PGRI Unifah Rosyidi, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.