Sabtu 11 Aug 2018 05:29 WIB

Pengamat: Pilpres 2019 Menjadi Etalase Islam dan Demokrasi

Kesesuaian antara Islam dan demokrasi di Indonesia bukanlah pemberian, tetapi upaya.

Calon presiden Joko Widodo (kiri) didampingi calon wakil presiden Ma'ruf Amin (kanan) bersalaman dengan para relawan seusai deklarasi di Gedung Joang, Jakarta, Jumat (10/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Calon presiden Joko Widodo (kiri) didampingi calon wakil presiden Ma'ruf Amin (kanan) bersalaman dengan para relawan seusai deklarasi di Gedung Joang, Jakarta, Jumat (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Madjid Politika Yandi Hermawandi mengatakan pemilihan presiden 2019 dapat menjadi 'etalase' kesesuaian Islam dan demokrasi. Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan berpenduduk muslim terbesar, Indonesia harus menunjukkan pada dunia bahwa Islam kompatibel (cocok) dengan demokrasi.

Ia mengemukakan, kekhasan spektrum umat Islam di Indonesia ketika berhadapan dengan demokrasi massa seperti Muslim tradisionalis, Muslim modernis, Muslim perkotaan dan perdesaan, menjadi khasanah unik hubungan Islam dengan demokrasi di dunia. Kesesuaian antara Islam dan demokrasi di Indonesia bukanlah pemberian, tetapi merupakan sebuah upaya bersama bangsa Indonesia.

"Ini tidak given, melainkan harus dijaga oleh seluruh rakyat bangsa Indonesia," katanya di Jakarta, Jumat (10/8).

Sementara itu, dua pasangan calon presiden dan wakil presiden telah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat (10/8). Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama calon wakil presidennya, KH Ma'ruf Amin mendaftarkan ke KPU pada Jumat pagi. Sedangkan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pada siang harinya.

KPU telah menyatakan dokumen keduanya lengkap, dan kedua pasangan tersebut segera mengikuti tes kesehatan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement