Senin 06 Aug 2018 17:12 WIB

Tindakan Bedah Korban Gempa Hanya Bisa di RS Definitif

Banyak fasilitas kesehatan yang terdampak gempa berkekuatan 7 SR.

Rep: Umi Nur Fadhilah, Muhammad Nursyamsyi/ Red: Andri Saubani
Sejumlah korban gempa dirawat di tenda di halaman RSUD Kabupaten Lombok Utara di Tanjung, NTB, Senin (6/8).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sejumlah korban gempa dirawat di tenda di halaman RSUD Kabupaten Lombok Utara di Tanjung, NTB, Senin (6/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan semua tindakan bedah hanya bisa dilakukan di rumah sakit definitif di Kota Mataram dan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal itu disebabkan banyaknya fasilitas kesehatan terdampak gempa berkekuatan 7 SR yang terjadi pada Ahad (5/8) petang.

“Semua tindakan bedah hanya dapat dilakukan di rumah sakit definitif di Kota Mataram dan Lombok Timur,” dalam rilis Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Senin (6/8).

Berdasarkan informasi, lokasi terdampak gempa yakni di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Mataram. Sejumlah bangunan fasilitas kesehatan mengalami kerusakan akibat guncangan gempa tersebut.

Di daerah Sembalun ada fasilitas penanganan operasional dari RSL Yonkes 1/Kostrad. Di Selong, rumah sakit yang berfungsi, yakni RSUD Selong, Universitas Hassanudin, Universitas Airlangga.

Di Kecamatan Tanjung, Lombok Utara hanya ada satu RS, yakni RSUD Tanjung dalam keadaan rusak, serta sejumlah pelayanan kesehatan (yankes) lumpuh. Ada 64 pasien yang menjalani perawatan di daerah itu sebelum gempa terjadi. Dukungan layanan kesehatan berasal dari RSL Yonkes 2/Kostrad, RSL Yonkes 1/Marinir, RS Sanglah, Universitas Gajah Mada.

Saat ini, kamar operasi di RS Provinsi NTB belum bisa difungsikan. Sehingga, pasien rawat inap mendapat perawatan di luar gedung. Kemudian, RSUD Mataram juga mengalami kerusakan, tetapi yankes masih berfungsi. Pun masih ada RS Bhayangkara dan RS swasta (11 RS) yang bisa membatu operasional layanan kesehatan. Selain itu, ada bantuan dari Denkeslap Kesdam IX/Udyana.

Berdasarkan data Pusat Krisia Kesehatan Kemenkes, sementara ini sumber daya kesehatan berasal dari 12 personil Universitas Hassanudin, yakni tiga bedah ortopedi, satu bedah toraks, dua anestesi, satu perawat, lima dari PSC. Kemudian, 15 personel Universitas Gajah Mada, yakni, bedah ortopedi, spesialis anak, bedah umum, dan dokter umum.

Ada juga 20 personel dari RSUP Sanglah, yakni lima bedah ortopedi, bedah umum, perawat, tiga ambulan dan tim, lima tenda RS lapangan. Kemudian, 20 personel dari Universitas Airlangga, yakni 10 ortopedi, empat anestesi, satu bedah umum, dan lima perawat.

Berdasarkan data sementara, ada 680.127 populasi terdampak, dengan jumlah korban 91 orang meninggal dunia. Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes menyebut fokus layanan kesehatan dilakukan di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, dan Mataram.

Bupati Lombok Utara Najmul Ahyar mengatakan, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) bersiaga penuh dalam masa tanggap darurat bencana gempa. Lombok Utara merupakan wilayah dengan dampak terparah akibat gempa berkekuatan magnitudo tujuh skala richter (SR) pada Ahad (5/8) malam.

Pemerintah KLU terus berkoordinasi dengan instansi lain seperti TNI dan Polri. Dia menyampaikan, hal yang sangat diperlukan untuk saat ini ialah tenaga medis.

"Terus terang dalam kondisi saat ini yang paling yang kami rasakan ialah kekurangan tenaga medis," lanjutnya.

Dia menjelaskan, tenaga medis yang paling dibutuhkan untuk saat ini ialah pada bidang ortopedi. Hal ini tak lepas dari kebanyakan pasien yang mengalami cedera tulang saat gempa terjadi.

"Alhamdulillah sudah ada bantuan dari tim kesehatan angkatan darat yang akan bangun rumah sakit lapangan dengan bantuan 64 tenaga medis," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement