Jumat 27 Jul 2018 20:01 WIB

KPK Buat Sayembara Ungkap Penyerang Novel Berhadiah Sepeda

Sayembara dinisiasi wadah kepegawaian KPK.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Bayu Hermawan
Penyidik Senior KPK Novel Baswedan (tengah) bersama Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/7).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penyidik Senior KPK Novel Baswedan (tengah) bersama Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyiapkan hadiah berupa sepeda bagi siapa saja yang bisa menangkap pelaku penyerangan air keras yang ditujukan kepada penyidik seniornya, Novel Baswedan. Sayembara diinisiasi wadah kepegawaian KPK setelah 16 bulan kasus ini berlalu, kasus Novel belum terungkap.

"Kami Wadah Pegawai menyumbangkan satu buah sepeda bagi siapa saja di luar sana yang mampu memberi informasi yang akurat terhadap siapa pelaku yang menyiram air keras terhadap Bang Novel," kata Ketua Wadah Kepegawaian KPK Yudi purnomo di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (27/07).

Sepeda tersebut terpantau berjenis BMX. Sepeda tersebut dipajang di depan selasar utama KPK. Hadiah sepeda ini mirip dengan kuis yang kerap diadakan Joko Widodo dengan warga yang menjawab masyarakat. Serupa dengan kuis tersebut, siapa saja yang bisa menjawab, setidaknya memberikan informasi terkait penyerangan Novel, maka ia akan mendapatkan sepeda BMX itu. Yudi juga melayangkan kembali surat terbuka yang menurutnya kerap diabaikan oleh Jokowi.

"Izinkan kami ingatkan kembali sbagai lanjutan surat kami berbulan lalu, jangankan balasan mungkin bapak belum baca surat iru, serangan Novel bukan serangan biasa, upaya untuk membunuh, teror ke aparat penegak hukum, sebagai ujung tombang berantas korupsi," kata Yudi.

Yudi pun turut menyerukan pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) yang diharapkan dapat menunjukkan titik terang untuk kasus penyerangan Novel. Pasalnya, kepolisian pun tidak menunjukkan perkembangan berarti terkait penyerangan Novel tersebut.

"Bapak presiden apa yang menimpa Novel bisa juga menimpa kita anak-anak kita atau siapa saja yang ingin berantas korupsi di negeri ini, kami tidak tuntut banyak kami tuntut negara hadir melalui novel Apabila dirasa belum ada titik terang, kami minta sikap tegas presiden untuk bentuk TGPF," kata Yudi.

Enam belas bulan kasus Novel berada dalam penanganan Polda Metro Jaya. Hingga kini bukti-bukti yang diperoleh polisi masih belum bisa menunjukkan titik terang pelaku penyiraman Novel. Meskipun, sketsa wajah terduga pelaku telah dibuat. Polri bahkan sempat meminta bantuan kepolisian Australia, namun hasilnya juga nihil.

Novel Baswedan mengalami penyerangan berupa penyiraman air keras berjenis Asam Sulfat atau H2SO4 pada Selasa 11 April 2017. Ia diserang usai menunaikan Salat Subuh di Masjid dekat kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Novel pun menjalalani perawatan intensif di Singapura untuk menyembuhkan luka di matanya imbas penyerangan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement