Jumat 06 Jul 2018 20:44 WIB

Menhub Rekomendasikan Penghilangan Dek Kapal

Dek atas kapal sangat berpotensi untuk menghilangkan kestabilan kapal.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Tim SAR gabungan kembali ke pelabuhan Tigaras usai melakukan operasi SAR tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Selasa (26/6).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Tim SAR gabungan kembali ke pelabuhan Tigaras usai melakukan operasi SAR tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Selasa (26/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah adanya beberapa kecelakaan kapal, khususnya Kapal Motor (KM) Sinar Bangun di Danau Toba, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan memberikan rekomendasi untuk mengevaluasi pelayaran di Indonesia. 

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan mengatakan dari kecelakaan kapal di danau Toba, akan merekomendasikan penghilangan dek atas kapal. Budi memastikan rencananya rekomendasi tersebut akan diimplementasikan si seluruh kapal motor penyebrangan. 

Budi mengatakan nantinya penerapan rekomendasi tersebut akan lebih spesifik. "Kita akan terapkan semua, tentunya kita akan lihat juga strukturnya seperti apa," kata Budi di Hotel Merlyn Park, Jakarta Pusat, Jumat (6/7).

Dia menjelaskan, jika kapal motor yang memiliki dek atas namun saat berlayar masih memiliki keseimbangan yang aman, maka masih diperbolehkan. Jika keseimbangan terganggu, maka Budi menegaskan dek atas kapal harus dihilangkan jika masih ingin beroperasi. 

Berkaca pada kecelakaan kapal yang terjadi di Danau Toba beberapa waktu lalu, faktor dek atas kapal menjadi salah satu yang berisiko. "Kalau ini (KM Sinar Bangun) ada tiga level, tinggi sekali. Ini sangat membahayakan," ujar Budi. 

Untuk itu, Budi merekomendasikan yang paling utama untuk menghilangkan dek atas dari evaluasi kecelakaan KM Sinar Bangun. Budi menilai, dek atas kapal sangat berpotensi untuk menghilangkan kestabilan. 

Selain soal penghapusan dek atas kapal, Budi juga merekomendasikan penghilangan terali-terali jendela. "Karena itu (tralis jendela) menutup. Kemungkinan orang susah melarikan diri banyak yang terjebak," ungkap Budi. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement