Rabu 13 Jun 2018 13:12 WIB

Pengamat: Tokoh Capres dari Luar Parpol Masih Sulit Bersaing

Pengamat menilai parpol-parpol masih fokus memajukan kader internal.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Survei capres cawapres
Foto: Republika/Prayogi
Survei capres cawapres

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama-nama calon presiden (capres) dari luar partai politik sepertinya masih sulit untuk menjalin komunikasi antar partai jelang pilpres 2019. Ini terlihat beberapa nama seperti mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo hingga kini belum dilirik oleh beberapa partai politik yang memiliki kekuatan kursi di parlemen.

Pakar Politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan, dinamika politik jelang pilpres 2019 saat ini masih sangat cair. Dan partai-partai masih fokus memajukan kader internalnya masing-masing. Itulah kenapa, ia melihat tokoh di luar partai yang telah deklarasi atau digadang sebagai capres hingga kini belum dilirik.

"Calon-Calon alternatif ada Tuan Guru Bajang (TGB), Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli, Habib Rizieq, kelompok Islam. Banyak tokoh-tokoh, ruang publik tidak hanya Jokowi dan Prabowo," kata Emrus kepada wartawan, Rabu (13/6).

Tapi dari sekian banyak calon di luar dua poros yang ada, menurutnya belum mengkristal. Walaupun ia yakin nantinya arah komunikasi partai mungkin mengkristal ke salah satu sosok baru. Karena prinsip dasarnya, menurut dia, partai-partai akan mau menyatu ke salah satu calon kalau kepentingan politik mereka terakomodasi.

Sepanjang kepentingan politik mereka belum terakomodasi ia memandang partai-partai politik akan membuat poros sendiri. Sebab istilah koalisi dalam pilpres selama ini menurut dia, kurang pas, tanpa tidak ada kesamaan ideologi. Sedangkan istilah kerjasama politik lebih tepat karena cenderung dinamis dan bergabung di menit terakhir.

"Poros ini sangat dinamis dan bisa (terbentuk) di last minute. Karena itulah sangat pragmatis," ungkapnya.

Dan peluang poros baru menurut Emrus masih sangat berpeluang dimunculkan oleh Partai Demokrat. "Baru kemudian besar kemungkinan merapat PAN. Karena PAN rekan lama Demokrat, saat Hatta Ketum. Dan kemudian ada relasi kekeluargan antara PAN dan Demokrat. Baru kemungkinan akan menyatu PKB," paparnya.

Sedangkan siapa sosok yang akan diusung sebagai capres dan cawapres, ia mengatakan di Demokrat sudah muncul nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Walaupun ada TGB yang juga kader Demokrat, namun partai berlambang mercy ini lebih memprioritaskan memajukan AHY.

Sosok TGB dianggap cukup berprestasi, berhasil dua periode, dia santri dan sangat dekat dengan kelompok muslim, ini akan dipertimbangan untuk posisi cawapres. Sayangnya TGB juga juga belum mendapat respon baik di publik, dari berbagai survei yang ada.

Namun Emrus Sihombing menilai akan sangat sulit Demokrat mengangkat Gatot, dan Demokrat akan tetap memilih AHY. AHY, kata Emrus, lebih memiliki peluang besar merujuk dari elektabilitasnya dan sudah ada Partai Demokrat sebagai kendaraan. Sementara Gatot, lanjut dia, hingga saat ini belum ada partai yang bisa dijadikan "tumpangan politik".

Dari survei terakhir Charta Politika, Nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan putra sulung mantan Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi calon wakil presiden (cawapres) favorit.

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya mengatakan nama AHY dan Gatot Nurmantyo menjadi favorit untuk dijagokan sebagai cawapres dari dua calon presiden (capres) baik dari calon pejawat Joko Widodo atau calon penantang Prabowo Subianto.

Nama AHY dan Gatot menjadi favorit cawapres dari responden yang memilih Jokowi maupun Prabowo. Survei Charta Politik terbaru soal pilpres 2019 ini dilakukan pada 23 -29 Mei 2018, dengan mensurvei empat wilayah di Jawa yang menjadi lumbung suara nasional yakni, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement