Jumat 18 May 2018 19:27 WIB

Suhardi Alius Belum Tahu Jika Koopssusgab Dibawah BNPT

Kepala BNPT akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait hal itu.

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Bayu Hermawan
Kepala BNPT - Komjen. Pol. Suhardi Alius
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Kepala BNPT - Komjen. Pol. Suhardi Alius

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius belum mengetahui jika Komando Operasi Khusus Gabungan (koopssusgab) dihidupkan kembali, maka Koopssusgab berada di bawah komando BNPT. Meski begitu, Suhardi menyambut baik dihidupkan kembali Koopssusgab.

"Saya formatnya saja belum tahu. Saya tanyakan ke Menkopolhukam (Wiranto) juga belum tahu," ujarnya di Istana Negara, Jumat (18/5).

Menurutnya BNPT dalam hal ini memang melakukan koordinasi kepada semua Kementerian dan Lembaga (K/L) termasuk Kepolisian, TNI dan Badan Intelejen Negara (BIN). Semua K/L ini kemudian dikoordinasikan agar penyebaran paham radikalisme tidak meluas dan bisa diredam.

Sehingga apa yang dilakukan BNPT bukan hanya penyelesaian di hilir tapi lebih pada penanggulangan di hulu. Meski demikian, Suhardi menyambut baik pemerintah memang mengaktifan kembali Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab) tersebut.

"Jadi ini harus kita dukung dong, sangat luar biasa itu," ujarnya.

Ia menegaskan, BNPT pun mendukung upaya apapun yang dilakukan pemerintah untuk memerangi terorisme di Tanah Air.

(Baca juga: Jokowi: Koopssusgab Hanya Diterjunkan di Situasi Genting)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Koopssusgab TNI baru akan diterjunkan dalam situasi tertentu. Pengaktifan kembali Koopssusgab ini dilakukan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat.

"Tetapi dengan catatan itu dilakukan apabila situasi sudah diluar kapasitas Polri," kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara buka bersama pimpinan lembaga negara dan tokoh lainnya di Istana Negara, Jakarta, Jumat (18/5).

Jokowi menilai, tindakan preventif penanggulangan ancaman terorisme jauh lebih penting daripada langkah represif. Salah satu langkah preventif yang perlu dilakukan yakni membersihkan lembaga pendidikan baik SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi serta ruang publik dari ajaran ideologi terorisme.

Sebab, dari serangkaian serangan terorisme yang terjadi baik di Surabaya dan Sidoarjo turut melibatkan anak-anak di bawah umur. "Seharusnya anak ini masih dalam kondisi senang bermain di halaman rumah dan juga seharusnya anak ini masih senang sekolah. Dan mungkin senang berkumpul dengan keluarga dan teman," kata Jokowi.

Jokowi pun menekankan, betapa berbahaya dan kejamnya ideologi terorisme yang turut serta melibatkan anak-anak dalam melakukan serangan. Karena itu, Presiden berharap tak ada lagi keluarga yang hancur akibat ideologi sesat terorisme ini.

"Saya hanya ingin mengingatkan artinya ideologi yang kejam ini telah masuk ke dalam sendi-sendi keluarga Indonesia. Ini yang harus hati-hati di sini," tambahnya. Lebih lanjut, Jokowi juga menegaskan, pemerintah dan DPR akan segera menyelesaikan pembahasan revisi Undang-undang Anti-terorisme dalam waktu dekat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement