REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengingatkan agar peristiwa bom gereja di Surabaya tidak menjadikan Islam sebagai kambing hitam. Aksi teror sangat bertentangang dengan ajaran Islam.
"Dalam peristiwa seperti ini sering Islam dituduh. Jangan sampai ada konspirasi sudutkan umat Islam di Indonesia. Teror ini kontra ajaran Islam," kata Fadli melalui kicauan berserinya di akun twitter.
Fadli turut mengutuk aksi teror yang meledakkan tiga gereja di Kota Surabaya pagi ini, Ahad (13/5). Menurut Fadli, harus ada antisipasi agar kejadian ini tidak menimbulkan saling tuduh, yang membawa agama di tengah masyarakat. Karena Fadli melihat biasanya peristiwa ini sering mengambinghitamkan Islam sebagai pelaku.
Fadli meminta aparat agar segera mengusut kasus ini sampai tuntas supaya dapat mengantisipasi kegaduhan yang lebih luas. Ia yakin ada pihak yang sengaja membuat masalah untuk memecah persatuan NKRI.
Segala aksi teror sangat ditentang di dalam ajaran Islam. Sehingga menurut dia masyarakat harus memahami bahwa perilaku teror tidak ada kaitan dengan umat Islam.
Islam, kata Fadli , adalah agama yang toleran. Islam menghargai perbedaan dan menghormati keyakinan umat agama lain.
Tindakan teror di Surabaya tidak cerminkan ajaran Islam yang menghormati setiap agama dengan penuh toleransi dan kedamaian. Tidak ada paksaan dalam agama," ujar Fadli.
Fadli juga meminta aparat keamanan mengusut kasus ini sampai tuntas dan transparan. Sama halnya, kata dia, dengan kasus beberapa hari lalu, masyarakat masih menantikan penjelasan utuh dari pemerintah mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Ledakan bom terjadi di Surabaya, Ahad (13/5) pagi. Ledakan bom terjadi di tiga gereja yang ada di sana.
"Ada tiga ledakan. Di gereja Pantekosta Jalan Athena, Gereja GKI di Jalan Diponegoro, dan Gereja Santa Maria," kata Kabid Humas Polda Kombes Pol Jawa Timur Frans Barung, Ahad (13/5) pagi.
Rentetan teror bom yang terjadi di Kota Pahlawan tersebut, saat ini sudah menewaskan 11 orang.
"Ada tambahan satu lagi yang meninggal dunia di Ngagel yang bisa kita identifikasi. Artinya sidah 11 yang meninggal dunia," kata Frans saat menggelar konferensi pers di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Ahad (13/5) siang.
Sementara itu, untuk korban luka-luka yang saat ini dirawat masih berjumlah 41 orang. Kesemua korban dirawat di RS. Dr. Soetomo, RS Bedah Surabaya, RS Bhayangkara Surabaya dan lain sebagainya.
Frans juga menjelaskan waktu kejadian yang pasti dari serangkaian teror bom di gereja-gereja di Surabaya tersebut. Bom yang pertaman kali meledak menurutnya adalah di Gereja Santa Maria Ngagel. Waktu kejadiannya pada 06.30 WIB.
Kemudian bom selanjutnya meledak di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro. Waktu kejadiannya pada 07.15 WIB. Kemudian yang terakhir meledak di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jalan Arjuna pada 07.53 WIB.