Jumat 04 May 2018 19:19 WIB

'Wawasan Kebangsaan Harus Selalu Disampaikan ke Mahasiswa'

Pola pendidikan kebangsaan perlu disampaikan dengan cara-cara yang lebih inovatif

Kepala BNPT, Suhardi Alius.
Foto: BNPT
Kepala BNPT, Suhardi Alius.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Suhardi Alius, mengungkapkan mahasiswa adalah sebuah aset bangsa yang sangat berharga, untuk itu perlu dijaga keberadaannya dari bahaya paham radikalisme dan terorisme.  Di sinilah peran tenaga pendidik di lingkungan Perguruan Tinggi yang harus bertanggung jawab dalam mendidik para pemuda Indonesia khususnya mahasiswa agar tidak terpapar paham radikalisme.

"Mahasiswa merupakan ujung tombak bangsa ini di kemudian hari dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Untuk itu, di setiap saya memulai kuliah umum, saya selalu mulai dengan wawasan kebangsaan. Karena jika wawasan kebangsaan sudah mulai tergerus tentu akan sulit saat mengajak semua lapisan masyarakat dalam menolak paham radikal terorisme," ujar Kepala Suhardi Alius saat memberikan kuliah umum dengan tema "Resonansi Kebangsaan dan Bahaya radikalisme" di auditorium di Univeristas Negeri Padang (UNP), Padang, Kamis (3/5).

Mantan Sekretaris Utama Lemhanas RI ini mengatakan, negara Indonesia ini berdiri karena idealisme dari para pemuda pada saat itu. Untuk itu wawasan kebangsaan perlu untuk selalu diingatkan dan disampaikan keseluruh  tenaga pendidik dan mahasiswa yang nantinya akan menjadi sumber informasi bagi masyarakat di sekitarnya.

"Identitas diri jangan sampai hilang dari bangsa ini, jangan pernah dilupakan sumpah pemuda, kita merdeka dengan modal idealisme yang kuat dan bermodalkan bambu  runcing,” kata alumni Akpol tahun 1985 ini

Menurut mantan Kabareskrim Polri ini, anak sekarang tidak bisa didoktrin wawasan kebangsaan hanya dengan pola-pola lama. Untuk itu pola pendidikan kebangsaan perlu disampaikan dengan cara-cara yang lebih inovatif. Untuk mendalami wawasan kebangsaan tidak hanya menggunakan  akal dan logika, tapi juga hati.

“Termasuk dalam penanganan terorisme juga perlu mendapatakan sentuhan hati yang lembut dan ikhlas. Seperti sebuah kegiatan Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI yang mempertemukan para mantan narapidana aksi terorisme dengan para penyintas beberapa waktu lalu, itu kita lakukan dengan hati,” ujar pria kelahiran Jakarta ini.

Lebih lanjut mantan Kapolda Jawa Barat ini menyebutkan kegiatan Silaturahmi yang mendapatkan apresiasi dari kalangan internasional tersebut bisa terjadi karena menggunakan pendekatan hati, bukan intervensi. Karena sumber masalah orang-orang yang termakan oleh paham radikal sangat kompleks, mulai dari masalah pendidikan, social, agama, dan lain sebagainya.

“Oleh karena itu penanganannya juga harus secara semesta sengan  melibatkan seluruh kementerian. Apalagi saat ini BNPT sudah mendapatkan arahan dari Presiden Republik Indonesia untuk mengkoordinasikan 36 Kementerian dan Lembaga terkait penanggulangan terorisme,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini dihadapan para pimpinan kampus, dosen, dan lebih dari 1000 mahasiswa UNP dari berbagai fakultas ini

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement