Senin 07 May 2018 16:05 WIB

Pengamat: Duet Jokowi-AHY Representasi Genre Politisi Baru

AHY mirip SBY yang cenderung hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan

Rep: Adinda Priyanka/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Komando Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua Komando Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terus muncul dalam bursa cawapres pendamping Jokowi untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Hurriyah menilai, duet keduanya akan dianggap bagus untuk sebagian kalangan.

Sebab, mereka merepresentasikan genre politisi baru, yakni kombinasi tua-muda dan sipil-militer. Figur AHY mungkin bisa memberikan nilai tambah mengingat Jokowi bertipe 'doers' (melakukan sesuatu) dibandingkan 'thinker' (pemikir).

"Dalam hal ini, AHY mungkin mirip dengan SBY yang cenderung berhati-hati dalam bertindak, berpikir dan mengambil keputusan," ujar Hurriyah ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (6/5).

Tantangan terbesar bagi AHY kemungkinan justru datang dari partai, baik Demokrat maupun partai pengusung Jokowi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hubungan SBY dan Megawati sebagai sesama ketua umum Demokrat dengan PDIP selama ini masih belum cair dan hal ini bisa menjadi ganjalan besar.

Kini, Hurriyah menambahkan, tergantung apakah Jokowi dapat meyakinkan PDIP utnuk menerima AHY. Terlebih, tidak sedikit partai koalisi yang masih rajin ingin menyodorkan cawapresnya masing-masing.

"Kalau tiba-tiba Demokrat bergabung dan dapat tiket cawapres, mungkin saja ada partai pengusung yang menolak dan akhirnya keluar dari koalisi," ucap wakil direktur Pusat Kajian Politik UI ini.

Tapi, Hurriyah melihat, kemungkinan poros ketiga juga masih besar. Apabila melihat rekam jejak SBY dan Demokrat, terlihat SBY masih ingin menjadi key player atau bahkan king maker. Ego ini juga tampak dari politisi generasi tua lainnya seperti Mega dan Prabowo yang sama-sama ingin menjadi dan merasa harus menjadi king maker.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement