Rabu 18 Apr 2018 15:36 WIB

Yusril: Pembentukan Poros Ketiga Semakin Sulit

Yusril pun belum bisa memastikan ke mana arah koalisi partainya dalam pilpres 2019.

Ketua  Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyatakan, rencana pembentukan poros ketiga dalam pemilihan presiden (pilpres) 2019 makin sulit. Terutama setelah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyatakan siap maju sebagai calon presiden.

"Ya memang Pak Zulkifli Hasan katanya mau bentuk kelompok ketiga itu, tetapi kelihatannya makin sulit. Apalagi kalau Pak Prabowo betul-betul siap maju sebagai calon, pembentukan kelompok ketiga itu memang agak sulit," kata Yusril di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Rabu (18/4).

Yusril mendatangi gedung KPK untuk menemani kliennya, yakni mantan kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) Syafruddin Arsyad Temenggung. Arsyad diperiksa sebagai tersangka dalam kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

"Saya ikut pengalaman tahun 1999, pada waktu itu ada poros tengah. Itu memang mungkin digalang karena yang memilih kan MPR, kalau sekarang ini yang milih rakyat bikin poros tengah itu tidak mudah mewujudkan," ucap Yusril.

Yusril pun belum bisa memastikan ke mana arah koalisi partainya dalam pilpres 2019. "Alternatifnya kami belum putuskan ke arah mana, tetapi kalau untuk dukung Pak Jokowi, PBB sudah mengatakan tidak. Kalau Pak Jokowi calon tunggal, ya PBB dukung kotak kosong," ungkap Yusril.

Sementara itu, saat dikonfirmasi apakah partainya akan merapat ke Partai Gerindra, ia menyatakan bahwa sampai saat belum ada pembicaraan mengenai hal tersebut. "Gerindra sampai hari ini belum ada pembicaraan apa pun walaupun banyak sekali wacana-wacana disebutkan, tetapi belum ada keputusan apa pun yang kami ambil,” kata dia.

Yusril mengatakan, PBB tidak terlalu ngotot untuk memperebutkan kursi calon wakil presiden Prabowo. “Kami hormati rekan-rekan yang mungkin sudah merasa lebih berhak menjadi pasangannya Pak Prabowo. Saya tidak begitu ngotot atau apa. Jadi, saya biasa-biasa saja," tuturnya.

Sementara itu, Yusril juga membenarkan terdapat beberapa politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang bergabung dengan partainya. "Memang beberapa hari yang lalu sejumlah tokoh-tokoh PPP datang ke kantor kami menyatakan keinginan bergabung ke PBB karena merasa ada kesamaan dari segi visi, misi, dan garis perjuangan,” kata dia. 

Menurut dia, para politikus PPP yang bergabung tersebut bukan hanya berasal dari kubu Djan Faridz, melainkan juga ketua umum yang sah, yakni Romahurmuziy. “Mereka sendiri menamakannya sebagai kelompok PPP Khittah yang terdiri dari dua kubu, baik kubunya Djan Faridz maupun kubunya Pak Romi," kata dia.

Beberapa politikus yang menyatakan pindah itu, antara lai,n Wakil Ketua Umum PPP kubu Romahurmuziy, Tamam Achda; mantan sekretaris Majelis Pakar PPP Ahmad Yani dan Anwar Sanusi. "Dari dua kubu pokoknya yang sama-sama tidak puas dengan kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh partai. Kalau dulu itu tidak setuju dengan dukung Ahok, kalau sekarang ini tidak setuju karena barangkali dukung Jokowi," ucap Yusril.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement