REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Koperasi Pasar (Kopas) Pedagang Blok G Tanah Abang, Dus Akril, merasa tak diperhatikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. Salah satu kekecewaan terkait kebijakan Anies menutup Jalan Jatibaru untuk memfasilitasi para pedagang kaki lima (PKL) berjualan di trotoar.
"Karena Blok G ini enggak diperhatikan juga sama gubernur yang baru. Omset sekarang ini makin menipis juga ya karena adanya PKL itu omset makin menipis," kata saat ditemui di kiosnya di Blok G Tanah Abang, Selasa (20/3).
Ia menceritakan, pada awal kebijakan itu dibuat, omzetnya menurun hingga 50 persen. Saat ini penurunan itu mencapai 70 hingga 75 persen.
Sebelum penataan, omzet harian Akril bisa mencapai Rp 10-15 juta per hari. Kini omzet pada akhir pekan hanya Rp 2-3 juta. "Desember 2017 omzet saya Rp 56,6 juta. Biasanya bisa Rp 80-90 juta bahkan bisa Rp 100 juta," kata Akril sembari menunjukkan catatannya.
Baca juga, Penataan Tanah Abang dalam Pengawasan Anies.
Menurut Akril, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta seharusnya meramaikan Pasar Blok G. Para PKL yang berjualan di trotoar seharusnya ditempatkan di lantai 2 dan lantai 3.
"Dari Gubernur yang sebelumnya PKL memang sudah nggak ada di bawah, sudah bersih. Nah orang naik ke Blok G. Jadi usul kami kalau bisa dipindahin lagi. Blok G soalnya masih layak kok," ujar dia.
Akril pun memuju langkah Joko Widodo yang sebelumnya sempat menjabat sebagai gubernur DKI. Jokowi mengangkat para PKL di jalan ke lantai 2 Blok G.
Baca juga, Penataan Tanah Abang dalam Pengawasan Anies.
Jokowi mempromosikan Blok G melalui berbagai cara, mulai dari membuat program wisata Blok G, mengadakan berbagai undian berhadiah, hingga membuat iklan khusus.
"Jadi harus belanja di Blok G. Ada iklannya juga kok. Di Jalan Jembatan Besi kalau nggak salah. Arah ke bandara itu ada iklannya pampangan besar. Sekarang sudah nggak ada," kata dia.