REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mengkhawatirkan kondisi sampah plastik di pantai dan laut. Hal itu karena pencemaran di pantai dan laut didominasi sampah plastik dari daratan.
"Sampah di laut sudah merisaukan kita," ujar Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di area bebas kendaraan (CFD), anjungan Pantai Losari, Makassar, Ahad (18/3).
Siti mengatakan 80 persen sampah plastik di laut berasal dari daratan yang masuk melalui sungai-sungai besar. Sedangkan, 20 persen sampah sisanya berasal dari laut sendiri. Sampah tersebut terbawa arus laut yang berasal dari wilayah lain.
Kondisi sampah di laut, kata dia, menjadi perhatian publik di media sosial pada 3 Maret lalu. Pada saat itu, penyelam asal Inggris Rich Horner mengunggah video dirinya yang sedang menyelam lautan sampah di Nusa Penida, Bali di akun Facebook-nya. Sampah plastik tersebut dibawa arus laut. "Keesokan harinya, sampah itu tidak ada, yang artinya sampah itu terbawa arus," kata Siti.
Setelah video tersebut viral, Siti mengatakan pemerintah pusat dan pemerintah Bali melakukan rapat di Kementerian Koordinator bidang Maritim. Rapat tersebut merumuskan sejumlah langkah-langkah untuk menangani sampah di laut. Langkah tersebut akan diimplementasikan di seluruh Indonesia.
Langkah penanganan tersebut dilakukan dengan mengatasi masalah sampah di daratan dan lautan. Khusus di Bali, Siti menyebut ada 52 lokasi pembuangan sampah sembarangan. Oleh karena itu, penanganan sampah termasuk dengan mengatasi masalah lokasi pembuangan sampah. Penanganan lainnya melalui berbagai program di antaranya bank sampah, pendidikan peduli sampah, pemilahan sampah, dan kampanye "lihat sampah, ambil".