Rabu 14 Feb 2018 15:04 WIB

Moeldoko: Penyerangan Ulama Jangan Dikaitkan dengan Pilkada

Moeldoko mengimbau agar masyarakat tetap tenang.

Rep: Debbie Sutrisno‎/ Red: Bayu Hermawan
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko memberikan keterangan pers di kantornya, Rabu (14/2).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko memberikan keterangan pers di kantornya, Rabu (14/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan, motif penyerangan ulama dan tokoh agama masih terus diselidiki oleh pihak kepolisian. Moeldoko mengimbau agar masyarakat tetap tenang, dan tidak secara gamblang menyebut bahwa kejadian-kejadian ini ada unsur politis.

"Tetapi dari peristiwa-peristiwa yang kebetulan media begitu gencar memberitakan maka yang paling mudah adalah kita mencoba untuk merangkai, oh ada kaitannya dengan ini (Pilkada), padahal tidak," kata Moeldoko di kantornya, Rabu (14/2).

Misalnya, lanjut Moeldoko, kejadian yang ada di Tuban berdasarkan informasi yang diterima adalah orang yang menderita sakit TBC dan akan berobat. Namun, di tengah jalan orang ini kehabisan bensin. Karena tidak ada uang lagi dan harus berobat orang ini kemudian masuk sebuah masjid. Kemudian ada penjaga masjid yang curiga karena orang ini begitu lama berada di dalam masjid.

"Setelah di masjid ditegur sama yang punya masjid, karena kok lama ada apa, curiga. Di situ dia marah, melakukan kekerasan, memecahkan kaca dan kegiatan fisik lainnya," ujar Moeldoko.

Dengan latar belakang kejadian ini maka masyarakat tidak bisa mengaitkannya dengan kemungkinan politisasai Pilkada. Hanya saja memang kejadian ini terjadi secara beruntun sehingga masyarakat melakukan analisa sendiri.

Meoldoko memang menyebut bahwa pemikiran masyarakat adanya indikasi terkait Pilkada adalah hal wajar. Sebab kejadian ini tidak jauh dari penetapan pasangan calon dalam Pilkada maupun penyelenggaraannya. Jika kejadian ini terjadi dua atau tiga bulan sebelumnnya mungkin masyarakat akan berpikir hal lain sebagai motif penyerangan tersebut.

Seperti diketahui, penyerangan terhadap sejumlah pemuka agam terjadi secara beruntun di beberapa daerah. Mulai dari Jawa Barat, Tangerang Selatan, hingga terakhir penyerangan di Sleman. Kejadian ini pun kemudian membuat masyarakat berpikir bahwa aksi ini ada kaitannya dengan tahun politik yang akan diselenggarakan pada 2018.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement