Ahad 03 Dec 2017 17:42 WIB

Pengungsi Gunung Agung Masih Nekat Pulang ke Zona Bahaya

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Warga menyaksikan lahar dingin yang mengalir di Sungai Yeh Sah, Rendang, Karangasem, Bali, Sabtu (2/12). Hujan deras di kawasan Gunung Agung menyebabkan lahar dingin kembali mengalir di sungai itu.
Foto: Hafidz Mubarak/Antara
Warga menyaksikan lahar dingin yang mengalir di Sungai Yeh Sah, Rendang, Karangasem, Bali, Sabtu (2/12). Hujan deras di kawasan Gunung Agung menyebabkan lahar dingin kembali mengalir di sungai itu.

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Pengungsi Gunung Agung masih nekat pulang ke zona bahaya di kawasan rawan bencana (KRB) II dan III, seperti terlihat di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) gabungan berupaya memperhitungkan strategi pergerakan efektif untuk menghadapi pengungsi dengan tetap mengutamakan keselamatan personel.

"Kita terus berupaya membujuk warga sampai bisa mengosongkan seluruhnya KRB III dan II," kata Kepala Kantor SAR Denpasar, I Ketut Gede Ardana, Ahad (3/12).
 
Ardana mengatakan warga masih beraktivitas dengan cara kembali ke rumahnya pada siang hari dan menetap di pengungsian pada malam hari. Alasan mereka hendak memberi makan ternak dan mengolah lahan pertanian.
 
Tim SAR gabungan sempat memberhentikan pengungsi yang kembali pulang ke zona bahaya. Mereka diedukasi dan diimbau untuk mengikuti saran pemerintah untuk menjauhi radius perkiraan bahaya, delapan hingga 10 kilometer (km) ke arah utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya.
 
Ardana mengatakan bahaya erupsi bisa datang secara tiba-tiba. Tim SAR gabungan mengantisipasi kondisi ini dengan mempercepat waktu respons.
 
Jika terjadi kemungkinan terburuk, seperti putusnya jalur evakuasi darrat, maka tim melakukan evakuasi melalui jalur laut. Kekuatan personel dan kapal negara dari Badan SAR Nasional (Basarnas) Surabaya, Basarnas Semarang, dan Basarnas Mataram diperbantukan, selain menyiagakan Kapal Negara SAR Arjuna 229.
 
"Harapan kita warga bisa lebih kooperatif, sehingga tidak ada korban jiwa," ujar Ardana.
 
Jumlah terakhir pengungsi Gunung Agung mencapai 59.061 jiwa yang tersebar di 213 titik. Pengungsi di Karangasem merupakan tertinggi, mencapai 34.228 jiwa di 117 titik. Berikutnya pengungsi di Buleleng (10.173 jiwa di sembilan titik), Klungkung (9.354 jiwa di 43 titik), Bangli (900 jiwa di dua titik), Tabanan (674 jiwa di sembilan titik), Denpasar (572 jiwa di empat titik), Gianyar (3.305 jiwa di delapan titik), Badung (531 jiwa di lima titik), dan Jembrana (312 jiwa di 17 titik).
 
Pada Ahad (3/12) petang, Gunung Agung masih menunjukkan aktivitas tremor menerus dengan amplitudo satu hingga empat milimeter (mm). Gunung suci umat Hindu Bali ini petang ini mengalami satu kali gempa frekuensi rendah berdurasi 36 detik, satu kali gempa vulkanik dangkal berdurasi tujuh detik, satu kali gempa vulkanik dalam berdurasi sembilan detik, dan satu kali gempa tektonik lokal berdurasi 41 detik. Status Gunung Agung masih di level awas.
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement