REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menawarkan pengoperasian Bandara Internasional Lombok dan Bandara Internasional Kualanamu ke pemerintah Selandia Baru.
Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati menilai wacana Kemenhub yang menawarkan pengoperasian Bandara Internasional Lombok dan Bandara Internasional Kualanamu ke pemerintah Selandia Baru sebagai langkah yang kurang tepat.
"Lebih baik ditawarkan ke investor domestik, karena ngapain kita kasih (kerja sama asing), sama saja setengah aset dijual," ujar Arista saat dihubungi Republika di Mataram, NTB, Kamis (2/11).
Arista menilai, pengelolaan bandara merupakan bisnis yang sangat strategis dari sisi ekonomi. Terlebih bagi Lombok, yang sedang menjadi pembicaraan sebagai tujuan destinasi wisata yang begitu menawan.
Pamor Lombok, kata Arista, terus menanjak usai meraih sejumlah penghargaan di sektor pariwisata, terutama yang berkaitan dengan wisata halal. Branding wisata halal, dan posisi Lombok yang berada di sebelah Bali menjadikan peluang besar dari segi bisnis untuk Bandara Internasional Lombok.
"Lombok banyak peluang datangkan wisatawan, ngapain kita kasih "makan" ke luar negeri," lanjut Arista.
Alih-alih bekerja sama dengan luar negeri, Arista meminta pemerintah mendorong investor lokal, baik swasta maupun BUMN untuk menjalin kerja sama dengan PT Angkasa Pura I.