Selasa 31 Oct 2017 21:12 WIB

Najwa Shihab Gambarkan Suasana Pertemuan Pengusul TGPF

Ketua KPK Agus Raharjo (tengah) bersama Mantan Ketua KPK Abraham Samad (kedua kiri), Mantan Wakil Ketua KPK M Jasin (kiri) dan Busyro Muqoddas (kedua kanan) serta Najwa Shihab bergandengan tangan sebelum memberikan keterangan seusai menggelar pertemuan di Gedung KPK Jakarta, Selasa (31/10).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Ketua KPK Agus Raharjo (tengah) bersama Mantan Ketua KPK Abraham Samad (kedua kiri), Mantan Wakil Ketua KPK M Jasin (kiri) dan Busyro Muqoddas (kedua kanan) serta Najwa Shihab bergandengan tangan sebelum memberikan keterangan seusai menggelar pertemuan di Gedung KPK Jakarta, Selasa (31/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jurnalis senior Najwa Shihab menggambarkan suasana pertemuan antara pimpinan KPK dengan para pegiat anti korupsi saat membahas usulan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengungkap pelaku penyerangan penyidik KPK Novel Baswedan.

"Saya ingin memberikan gambaran bagaimana suasana kami di dalam, yang hadir 3 pimpinan, Pak Laode, Bu Basaria dan Pak Agus. Pak Laode tidak lama karena ada tugas yang lain," kata Najwa alam konferensi pers di gedung KPK Jakarta, Selasa (31/10).

Pada hari ini, dua pimpinan KPK yaitu Agus Rahardjo dan Basaria Panjaitan bertemu dengan mantan pimpinan KPK dan tokoh masyarakat serta pegiat anti-korupsi untuk membicarakan usulan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pengungkapan kasus penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan.

"Kami itu tadi masuk ruang rapat lantai 15 pukul 11.30 WIB, diselingingi makan siang dan shalat. Awal-awal agak keras terutama abang saya yang di belakang agak galak, Bang Danhil, tapi pada kesimpulan yang insya Allah akan bisa membuat kita lebih optimis terhadap penyelesaian Novel Baswedan," ungkap Najwa.

Ia menegaskan, TGPF dibentuk bukan hanya demi Novel tapi serangan tersebut juga ditujukan untuk KPK. "Ini tentang KPK, serangan terhadap mata Novel bukan serangan terhadap satu individu tapi serangan terhadap semua orang yang tidak mau tinggal diam melihat kondisi yang ada, itu pertama. Kedua, kita sepakat 202 hari untuk penyelesaian kasus waktunya terlalu lama yang kalau dibandingkan dengan kasus-kasus yang lain itu rasanya tidak sebanding penyelesaiannya," ujar Najwa.

Padahal, kepolisian tercatat sudah membuat berbagai prestasi dalam membongkar kasus lain.  "Apakah kita terus menghitung hari 202, 203, 204 sampai ada penyelesaian? Bahkan Bang Novel Baswedan sendiri mengatakan sudah merasa pesimis. Ia sudah merasa tidak akan ada penyelesaian dan kalau dibiarkan tanpa penyelsesaian, kami khawatir, ini bukan hanya serangan ke novel, tapi juga ke yang lain," tambah Najwa.

Namun, hingga saat ini, pimpinan KPK masih mempertimbangkan apakah akan mengajukan usulan ke Presiden Jokowi mengenai TGPF tersebut karena pembuatan keputusan di KPK harus berdasarkan "collective collegial".

Pertemuan tersebut dihadiri antara lain mantan pimpinan KPK jilid III yaitu Abraham Samad, Busyro Muqoddas, Bambang Widjojanto, mantan pimpinan KPK jilid II M Yasin, Sekjen Transparansi Internasional Indonesia Dadang Trisasongko, peneliti LIPI Mochtar Pabotinggi, jurnalis senior Najwa Shihab, Direktur Amnesti Internasional di Indonesia Usman Hamid, Ketua Bidang Advokasi YLBHI Muhammad Isnur, mantan Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak dan sejumlah tokoh lainnya.

Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor di dekat rumahnyapada 11 April 2017 seusai sholat subuh di masjid Al-Ihsan dekat rumahnya. Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus menjalani perawatan di Singapore National Eye Centre (SNEC) sejak 12 April 2017.

Hingga hari ini yaitu pada hari ke-202 pasca penyerangan, pihak kepolisian belum juga mengungkapkan pelaku kasus tersebut meski sudah memeriksa banyak saksi, membuat sketsa terduga pelaku hingga menahan sejumlah orang yang kemudian dilepaskan lagi.

Sketsa pelaku yang ditunjukkan Kapolri seusai bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Senin (31/7) menunjukkan pelaku adalah pria dengan ciri-ciri tingginya sekitar 167-170 cm, berkulit agak hitam, rambut keriting dan badan cukup ramping.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement