REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri menggandeng Australian Federal Police untuk mengusut pelaku penyiraman dengan air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan yang masih menjadi "misteri". Diharapkan upaya tersebut dapat memberikan titik terang kejelasan gambar yang didapat polisi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono menjelaskan, alat yang dimiliki Polri masih terbatas dan tidak dapat menganalisa rekaman Closed Circuit Television (CCTV) sehingga memerlukan bantuan kepolisian Australia.
"Kita akan melihat CCTV yang tidak bisa kita analisa, mudah-mudahan bisa mendapatkan kejelasan itu dari Australia itu," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (4/8).
Argo menjelaskan, tiga CCTV tidak dapat dianalisa sepenuhnya oleh Polri. Diantaranya CCTV yang diambil di rumah Novel Baswedan dan pertigaan yang tidak jauh dari kediaman Novel Baswedan dan masjid tempat dia beribadah. Ia pun berharap Kepolisian Australia dapat membantu menganalisa CCTV sehingga Polri dapat dengan segera mengungkap pelaku yang hingga saat ini masih misteri.
"Yang kita tidak bisa analisa biar jelas, bisa tidak disana. Kalau tidak bisa ya sudah, karena kita sudah minta bantuan ahli. Kira-kira (Kepolisian Australia) bisa tidak analisa CCTV yang blabur (Bahasa Jawa: tidak jelas) itu," jelasnya.
Dalam salah satu rekaman CCTV yang beredar, aksi penyerangan itu terekam. Tampak dua orang yang berboncengan dengan sepeda motor menyerang Novel. Namun, karena terjadi pada saat Subuh, hasil rekaman pun tidak terlalu jelas.
Berdasarkan keterangan CCTV dan saksi, polisi pun telah menggambarkan sketsa dan merilis sketsa itu ke publik. Dengan demikian polisi mengimbau pada masyarakat segera melaporkan apabila menjumpai orang dengan ciri yang serupa dengan sketsa itu.
"Apabila masyarakat menemui, silakan dilaporkan segera," ucapnya.