Kamis 25 May 2017 17:06 WIB

Almarhum Bripda Imam Bertugas Saat Bom Sarinah Hingga Kasus Ahok

Rep: Andrian Saputra/ Red: Indira Rezkisari
 Keluarga dari Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata polisi yang tewas karena ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu menangis seusai upacara pelepasan jenazah di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (25/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Keluarga dari Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata polisi yang tewas karena ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu menangis seusai upacara pelepasan jenazah di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN --- Duka tak hanya menyelimuti keluarga besar Bripda Imam Gilang Adinanta yang menjadi salah satu korban meninggal dalam serangan bom di terminal Kampung Melayu pada Rabu (24/5) malam. Heri Prasetyo (26 tahun), juga merasakan kehilangan mendalam sosok sahabat karibnya  sejak kecil. Beberapa kisah tentang Bripda Imam diceritakannya saat ditemui di rumah duka di Kampung Srego Kampung Srago Gede RT 005 W 007 Kelurahan  Mojayan  Kecamatan Klaten, Jawa Tengah.

Pekan lalu, Bripda Imam sempat pulang ke kampung halamannya di Klaten. Itu adalah pertemuan terakhir Heri dengan Gilang, begitu dia menyapa. Pada pertemuan terakhir itu, kata Heri, temannya menceritakan berbagai pengalamannya dalam menjalankan tugas sebagai anggota polisi di kesatuan Sabhara Polda Metro Jaya.

Gilang berbagi kisah saat dirinya diberi tugas untuk ikut mengamankan lokasi pasca terjadinya aksi teror bom Sarinah pada tahun lalu. Kepada Heri, Gilang menunjukan beberapa foto anggota polisi yang saat itu bertugas di tempat kejadian.

Selain itu, Gilang juga menceritakan pengalamannya mengawal terpidana kasus penistaan agama, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok saat hendak dimasukkan ke tahanan di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Meski begitu, kata dia, Gilang tak mengeluh dengan tugasnya, Gilang bangga dengan profesinya sebagai polisi.

“Dia tunjukkan foto-fotonya waktu di lapangan itu. Saya tanya, capek tidak jadi polisi, dia jawab kalau tugas ya harus dijalankan. Memang orangnya sudah bertekad jadi polisi jadi dijalani. Dia satu-satunya anak kampung sini yang jadi polisi,” katanya.

Sementara itu, suasana rumah duka di Kampung Srego Kampung Srago Gede RT 005 W 007 Kelurahan  Mojayan  Kecamatan Klaten, Jawa Tengah penuh dengan warga dan polisi yang bersiap menyambut kedatangan Jenazah Bripda Imam. Rencananya Bripda Imam akan dimakamkan di Taman Pemakaman  Umum Gedong, Mojayan, Klaten pada pukul 4 sore nanti. Kapolres Klaten AKBP Muhammad Darwis mengatakan dengan gugurnya Bripda Imam, Polri memberikan penghargaan dengan menaikkan pangkatnya menjadi Briptu Anumerta.

“Kita sangat kehilangan putra terbaik kita, dan semua sekarang meningkatkan kewaspadaan, bersama elemen masyarakat untuk juga menciptakan kondisi Klaten agar tetap kondusif,” ungkapnya.

Serangan bom di terminal Kampung Melayu menelan sejumlah korban, tiga diantaranya merupakan anggota polisi. Hingga saat ini polisi masih mengusut kasus tersebut.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement