Selasa 16 May 2017 08:48 WIB

'Generasi Muda Harus Jadi Garda Penyebaran Pesan Damai di Dunia Maya'

Dunia maya
Dunia maya

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kemajuan informasi teknologi (IT) yang salah satunya menghasilkan kecanggihan komunikasi melalui internet (dunia maya), telah menjadi alat tanpa kontrol penyebaran konten negatif, provokatif, hate speech (ujaran kebencian), dan terorisme. Karena itu, generasi muda sebagai pengguna terbesar di dunia maya melalui media sosial, diharapkan bisa menjadi garda utama untuk melakukan kontra narasi dengan menyebarkan pesan damai di dunia maya.

"Semoga duta damai dunia maya ini, baik yang hari baru akan memulai pelatihan dan juga duta damai yang ada, bisa membantu pemerintah memerangi terorisme di Indonesia," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamli saat membuka Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2017 wilayah Jawa Tengah di Semarang, Senin (15/5/) malam.

Menurutnya, majunya teknologi komunikasi ini menandakan masyarakat menjadi terbuka dan dunia seakan menjadi sempit menjadi satu genggaman dengan hanya melakukan sekali klik di dunia maya. Namun revolusi digital itu sering digunakan untuk melakukan transformasi kejahatan baru. Salah satunya dari cara-cara propaganda terorisme lama ke cara baru melalui internet.

"Salah satunya mereka melakukan perubahan radikalisasi dari cara-cara konvensional ke online. Dulu propaganda dan perekrutan anggota baru dilakukan melalui pengajian dan dakwah, sekarang cukup lewat media sosial. Sudah banyak buktinya, salah satunya keberadaan pelaku terorisme sendirian (lone wolf)," ungkap Hamli.

Ia menjelaskan, pada awal tahun 2000-an, salah satu juru bicara Aqairah mengatakan bahwa internet adalah universitas bagi Alqaidah untuk melakukan propaganda. Itu dibuktikan dengan semboyan mereka yaitu daripada merekrut anggota baru ke Afghanistan, akan lebih mudah dan berharga memindahkan pelatihan mereka ke rumah, desa, dan perkampungan muslim di negaranya masing-masing. Dan strategi itu kini dilakukan kelompok radikal ISIS.

 Kalau dulu, menurut Hamli, radikalisasi dari atas ke bawah, sekarang itu bisa dilakukan dari bawah, terutama dalam menyasar generasi muda karena faktanya generasi muda adalah pengguna terbesar di dunia maya. Menurut data yang ada, dari 250 juta penduduk Indonesia, hampir 132 juta orang menggunakan dunia maya.

"Kami berharap mereka bisa menjadi agen perubahan dalam mengikis dan menangkal radikalisme dan terorisme di dunia maya yang disusupi agitasi dan propaganda radikalisme terorisme. Insya Allah ini bisa jadi bagian ibadah dan akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT," terangnya.

Sementara itu, Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel Sujatmiko menambahkan bahwa penyebaran radikalisme dan terorisme di dunia maya termasuk sangat sulit untuk dikontrol. Karena itu diperlukan peningkatan kesadaran individu terhadap bahaya terorisme, terutama generasi muda. Dari situlah, pemerintah, melalui BNPT merangkul generasi muda sebagai mitra strategis atau duta damai dunia maya dengan membentuk jaringan untuk menyebarkan konten positif terutama di dunia maya dengan menggelar Pelatihan Duta Damai Duni Maya.

 

"Sejak 2016, BNPT telah membentuk 28 kelompok duta damai di lima provinsi, Sumut, Sulsel, Jakarta, DIY, dan Jabar. Sejauh ini, duta damai telah memberikan kontribusi positif dan berpartisipasi aktif dalam pencegahan terorisme," imbuh Sujatmiko.

 

Pelatihan Duta Damai Dunia wilayah Jateng juga menghadirkan 60 peserta yang terdiri dari 30 blogger, 20 orang desain komunikasi visual (dkv), dan informasi teknologi (IT). Selama empat hari mereka akan digembleng tim mentor dari Pusat Media Damai (PMD) BNPT untuk membuat web, tulisan, opini, meme, video, dan konten damai lainnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement