Kamis 16 Feb 2017 08:41 WIB

Petani di Pati Terpaksa Panen Dini Padi, Ini Penyebabnya

Red: Nur Aini
Seorang petani menata padi saat panen, ilustrasi
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang petani menata padi saat panen, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PATI -- Tanaman padi milik sejumlah petani di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terpaksa dipanen dini karena komoditas pertanian tersebut terendam banjir sejak beberapa hari yang lalu.

"Jika tidak dipanen lebih awal, dikhawatirkan akan mengalami puso, sehingga kerugiannya juga semakin besar," kata salah seorang petani asal Desa Sugiharjo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, Hadi di Pati, Kamis (16/2).

Sebetulnya, kata dia, untuk mendapatkan kualitas yang bagus, panennya masih harus menunggu selama beberapa hari, tetapi terlanjur terendam banjir sejak sepekan lebih. Ia mengaku khawatir banjirnya semakin meningkat, sehingga berpotensi merendam seluruh tanaman padi miliknya. Apabila ketinggian genangan hanya setengah dari ketinggian tanaman, katanya, tanaman tersebut masih mampu bertahan hingga dua pekan. "Jika genangan air mencapai pucuk tanaman, maka tanaman tersebut hanya mampu bertahan sekitar lima hari," ujarnya.

Oleh karena itu, terpaksa dilakukan panen dini, selagi genangan banjirnya tidak mencapai ketinggian tanaman padinya. "Kalaupun tidak dipanen segera, ketika air surut tanamannya justru akan roboh, karena batangnya sudah mulai membusuk akibat terendam banjir terlalu lama," ujarnya.

Beberapa petani, katanya, juga mencemaskan hasil tanaman padinya karena belum memasuki usia panen keburu terendam banjir. Menurut dia, tanaman padi yang belum memasuki usia panen tidak mungkin dipanen lebih awal, karena gabahnya juga tidak laku dijual. Harga jual gabah saat ini, katanya, sedang jatuh, karena per kuintalnya hanya dihargai Rp 200 ribu, sedangkan sebelumnya bisa lebih mahal.

"Kalaupun masih untung, tidak sebanding dengan tenaga dan permodalan yang dikeluarkan dan penantian selama tiga bulan lebih," ujarnya.

Darsilan, petani lainnya asal Desa Sugiharjo menambahkan, hasil panen tanaman padi saat ini memang tidak menguntungkan bagi petani, karena harga jualnya jatuh. Bahkan, kata dia, untuk menjualnya ke pasaran juga agak susah, mengingat kualitas padi yang dipanen menurun. Pada musim panen sebelumnya, kata dia, tanaman padinya seluas satu kotak bisa laku Rp 4 juta, kini hanya laku Rp 2 jutaan.

Ia mengatakan, sejumlah tengkulak yang telanjur membayar uang muka pembelian tanaman padi yang sebentar lagi dipanen juga tidak kunjung dipanen, karena kualitas gabahnya dipastikan menurun dan sulit dijual di pasaran. "Kondisi hujan seperti sekarang, sulit untuk menjemurnya sehingga ketika tidak segera dijemur gabahnya justru tumbuh tunas dan warna berasnya ketika diselep biasanya kehitaman," ujarnya.

Penyebab banjir yang menggenangi areal tanaman padi di wilayah Desa Sugiharjo dan sekitarnya, karena curah hujan tinggi. Sehingga sungai setempat tidak mampu menampung debit air yang begitu tinggi, akibatnya melimpas ke areal persawahan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement