Sabtu 21 Jan 2017 12:41 WIB

Akademisi: Sistem Pemilu tidak Mengubah Perilaku Politikus

Kotak suara Pemilu (ilustrasi)
Foto: Antara/Umarul Faruq
Kotak suara Pemilu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Ahmad Atang menilai sehebat apapun sistem Pemilu yang dianut, tidak akan mengubah perilaku politik para politikus.

"Bagi saya, apapun sistem pemilunya, jika budaya politik kita masih tidak beradab, maka sehebat apapun sistem tidak akan mengubah perilaku politik para politisi kita," kata Ahmad Atang di Kupang, Sabtu (21/1).

Atang mengemukakan hal itu, berkaitan dengan wacana perubahan sistem pemilu dalam rancangan undang-undang (RUU) Pemilu yang akan dibahas pemerintah dan DPR. Ia mengomentari Partai Golkar mengusulkan sistem proporsional tertutup dalam Pemilu 2019 karena melihat maraknya politik uang dalam pemilu-pemilu sebelumnya

Menurutnya hal yang paling dibutuhkan rakyat saat ini adalah bukan merubah sistem tapi merubah mental politisi yang tidak berbudaya menjadi politisi yang berbudaya dalam memperoleh kekuasaan.

"Semangat Golkar untuk mengubah  sistem Pemilu tidak terlalu penting, namun yang lebih penting adalah apabila Golkar mampu merubah mental kadernya dari pusat hingga daerah dalam membangun budaya politik yang beradab. Golkar jangan lempar batu sembunyi tangan karena praktik politik uang juga dilakukan oleh Golkar," ujarnya.

Dia menambahkan, tidak ada satu sistem pemilu yang dipilih benar-benar sempurna. Setiap sistem yang dianut selalu punya kelebihan dan kelemahan dalam praktiknya.

Sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, Indonesia telah mempraktikan sistem proporsional, baik proporsional setengah tertutup, proporsional tertutup penuh maupun setengah proporsional ter buka dan proporsional terbuka.

"Kecuali sistem distrik yang belum kita praktikan dalam pemilu bangsa ini. Pemilu 2009 dan 2014 kita menganut sistem proporsional terbuka sebagai pengganti sistem proporsional tertutup yang dipraktikan pada pemilu sebelumnya," katanya.

"Ketika Golkar mengusulkan agar pemilu 2019 kembali menggunakan sistem proporsional tertutup, maka ini menurut saya menggambar bahwa kita belum matang dalam menganut salah satu sistem sebagai instrumen dalam membangun demokrasi," jelasnya.

Atang menambahkan, Parpol selalu berkeinginan untuk melakukan gonta-ganti sistem.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement