Kamis 22 Dec 2016 17:45 WIB

Mendikbud: Ibu Berperan Membentuk Karakter Bangsa

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Foto: Antara/Darwin Fatir
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai peran keluarga khususnya seorang ibu sangat penting bagi keberhasilan pengembangan pendidikan karakter. Sebab pendidikan karakter bukan hanya menjadi tugas sekolah, namun perlu melibatkan ekosistem pendidikan lain.

"Semua harus bisa menjadi acuan keteladanan yang dapat mendorong akhlak anak-anak kita," kata Mendikbud dalam siaran pers, Kamis (22/12).

Secara khusus, Mendikbud menyatakan peran keluarga khususnya seorang ibu bahkan bisa dimulai sejak anak masih di dalam kandungan. Asupan gizi, kondisi psikologis serta tabiat-tabiat ibu diyakini berpengaruh pada tumbuh kembang anak kelak. Untuk itu tak bisa dipungkiri ibu adalah pembentuk karakter anak paling awal dan akan menyertai sampai anak tumbuh dewasa.

"Jika mau benar-benar memulai revolusi mental, maka harus dimulai dari peran ibu," ucapnya.

Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam Intsruksi Presiden No 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Dalam Inpres yang diterbitkan 6 Desember 2016 itu tertuang tujuan GNRM adalah memperbaiki dan membangun karakter bangsa Indonesia dengan melaksanakan Revolusi Mental yang mengacu pada nilai-nilai integritas, etos kerja dan gotong royong.

Sebelumnya, revolusi mental di bidang pendidikan juga benar-benar menjadi perhatian serius Mendikbud akhir-akhir ini. Salah satunya, melalui gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK) yang tahun ini sudah dimulai. Lima nilai utama yang didorong dalam PPK adalah nasionalisme, relijius, integritas, kemandirian, gotong royong dan nasionalis.

Muhadjir mengatakan tiga pilar penguat gerakan PPK adalah sekolah, keluarga dan masyarakat. Untuk itu sinergitas ketiga entitas itu didorong memberikan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang mentalitas anak-anak pada usia pendidikan dasar, yakni yang masih sekolah di SD dan SMP.

Pada peringatan Hari Ibu 2016 ini Mendikbud menitipkan pesan agar keluarga benar-benar memanfaatkan gerakan PPK ini. Sebab jika sudah berjalan penuh, nantinya sekolah akan berlangsung lima hari saja sehingga Sabtu-Ahad merupakan hari keluarga.

Konsekuensinya, PPK menambah jam kegiatan dan menuntaskan semua aktivitas pembelajaran di sekolah. Jam di sekolah bukan untuk pelajaran kognitif saja tetapi lebih banyak untuk pembentukan karakter dengan aktivitas-aktivitas positif.

"Bila perlu tidak perlu ada PR supaya di rumah bisa menjadi quality time dengan orang tua. Guru juga jangan membawa pulang pekerjaan kantor karena di rumah merupakan hak anak-anaknya untuk memperoleh perhatian. Ibu harus betul-betul memiliki waktu yang cukup untuk menjadi significant other bagi anaknya," kata mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Seperti diketahui, PPK yang digagas Kemdikbud ini diimplementasikan di sekolah dengan porsi pendidikan karakter pada jenjang SD, sebanyak 70 persen untuk pendidikan karakter dan 30 persen akademis atau pengetahuan. Kemudian, jenjang pendidikan SMP, proporsi pendidikan karakter sebesar 60 persen, dan 40 persen untuk pengetahuan. Penerapan ini sesuai dengan visi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Di mana revolusi karakter bangsa menjadi program utama pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement