REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu perempuan keturunan Tionghoa, Xiao Fei (27), mengaku khawatir dengan aksi 4 November. Dia takut aksi tersebut berbuntut sama dengan kerusuhan 1998.
"Di tahun 1998, keturunan Tionghoa menjadi sasaran utama atas konflik yang terjadi di Tanah Air. Jangankan yang Tionghoa, yang pribumi dan Muslim saja khawatir terjadi kerusuhan dan adanya salah sasaran," ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (4/11).
Sebagai bentuk kekhawatirannya, Xiao Fei memutuskan pulang kerja lebih cepat untuk menghindari kesulitan pulang dan hal-hal negatif yang mungkin terjadi. Dia juga tak berani pulang ke kediamannya di Grogol, Jakarta Barat. "Saya ke rumah keluarga saya di Tangerang, berharap di sana lebih aman," ujarnya.
Xiao Fei berharap para peserta aksi tidak terprovokasi oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab. Menurut dia, tidak ada untungnya bagi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja (Ahok) menistakan agama tertentu. Yang dia tahu, Ahok sudah membangun banyak Masjid di DKI Jakarta, memberikan donasi untuk Masjid dan Mushala, memberikan Kartu Jakarta Pintar (KJP), menaikkan gaji guru mengaji sesuai standard UMR, dan memajukan jam pulang pegawai negeri sipil (PNS) saat Ramadhan agar bisa berbuka puasa bersama keluarga. "Kalau beliau ingin menistakan agama, untuk apa semua itu dilakukan? Dan kalaupun Pak Ahok salah, beliau sudah minta maaf. Bukankah semua agama mengajarkan untuk saling memaafkan?," kata Xiao Fei.
Seperti diberitakan sebelumnya, hari ini peserta aksi memenuhi kawasan Monas dan sekitarnya. Mereka terdiri dari berbagai komponen masyarakat yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dan menuntut agar kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok diproses secara hukum seadil-adinya dan bebas intervensi.