REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- KBRI Madrid sebagai Ketua ASEAN Committee in Madrid (ACM) bekerja sama dengan Casa Asia di Barcelona, sebuah unit promosi kerja sama dengan Asia, Kementerian Luar Negeri Spanyol, menggelar seminar bertema “Business Potentials of the ASEAN Connectivity” di Gedung Casa Asia di Barcelona, Rabu (26/10) kemarin. Seminar yang baru pertama kalinya diselenggarakan itu dihadiri sekitar 100 pengusaha dan akademisi Catalunya.
Ramón Moreno, Dirjen Casa Asia mengapresiasi tindakan ACM yang berinisiatif penyelenggaraan seminar tersebut, khususnya topik yang dinilainya sangat tepat. Diharapkan, para pengusaha Spanyol khususnya Catalunya meraih peluang yang tersedia di ASEAN, apalagi saat ini ASEAN telah menjadi ASEAN Economic Community (AEC) dengan 600 juta penduduk yang merupakan pasar yang sangat potensial.
Casa Asia memberikan perhatian terhadap perkembangan di ASEAN, sebagai pasar yang unik, dinamis dan kompetitif. Kondisi tersebut merupakan kesempatan emas bagi pengusaha Spanyol untuk meningkatkan eksistensinya di ASEAN.
Pendapat senada disampaikan Joan Canals Oliva, Presiden Komisi Internasional, Foment del Treball, konfederasi perusahaan-perusahaan Barcelona, selaku salah satu Co-sponsor. Ia menyampaikan ASEAN merupakan salah satu wilayah yang memiliki perekonomian yang stabil dan sehat.
Menurutnya, terdapat tiga poin utama kekuatan ekonomi ASEAN, yakni penduduk yang relatif masih muda, sistem perbankan yang solid, dan pertumbuhan ekonomi yang positif. Pihaknya menyambut dengan positif meningkatnya aktifitas perusahaan-perusahaan Spanyol di ASEAN pada 10 tahun terakhir ini yang dinilainya cukup signifikan. "Terlihat pada meningkatnya neraca perdagangan perusahaan Spanyol dengan wilayah ASEAN sebesar 77 persen," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (29/10).
Dubes RI di Madrid, Yuli Mumpuni Widarso dalam sambutan pengantarnya yang diawali dengan penghargaan kepada Casa Asia yang merupakan mitra penting Kedubes negara-negara Asia di Spanyol bagi peningkatan promosi Asia di Spanyol, telah mengajak para pengusaha Spanyol untuk meraih bisnis yang tersedia di ASEAN, khususnya terkait dengan program pembangunan infrastruktur di bawah Master Plan of the ASEAN Connectivity (MPAC) 2015. Ia menjelaskan, program MPAC itu terdiri dari physical connectivity, institutional connectivity dan people to people connectivity, dan Master Plan for ASEAN Connectivity (MPAC) 2025 yang dikeluarkan KTT ASEAN di Laos, September 2016 yang telah merinci proyek-proyek pembangunan infrastruktur di seluruh ASEAN, dengan nilai total 3,3 triliun dolar AS.
Nilai tersebut, ditegaskan Yuli, sangat besar dan di luar kemampuan Negara-negara ASEAN untuk menanggungnya. Karena itu ASEAN mengundang partisipasi kalangan investor dan operator asing, di mana untuk pembiayaannya dimungkinkan dengan skema PPP (Public Private Partnership).
Dubes Yuli Mumpuni mendorong perusahaan-perusahaan Spanyol yang telah dikenal berpengalaman dalam pengerjaan proyek-proyek infrastruktur, waste management & electricity di Amerika Latin dan Eropa Timur dengan skema pembiayaan PPP untuk berpartisipasi dalam pengerjaan berbagai proyek di bawah program ASEAN Connectivity tersebut. "Menyangkut pembiayaan, perusahaan-perusahaan Spanyol dapat mengambil manfaat dari keberadaan lembaga keuangan internasional yang telah ada seperti ADB dan Bank Dunia, tetapi juga dapat memanfaatkan lembaga yang baru dibentuk yang khusus didedikasikan untuk pembangunan infrastruktur di Asia, yakni Asian Infrastruktur Investment Bank (AIIB), dimana Spanyol merupakan salah satu founding members dengan dana sebesar lebih kurang 1,7 miliar dolar AS," kata Yuli memaparkan.
Yuli menjelaskan Indonesia memiliki tiga prioritas dalam pembangunan infrastruktur, yakni listrik, jalan dan pelabuhan, di mana dari total 47 pelabuhan yang akan dibangun di ASEAN. "Empat belas di antaranya akan dibangun di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, untuk lebih mengoptimalkan kemampuan ekonomi pulau-pulau yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia," ucap dia.