Jumat 07 Oct 2016 23:58 WIB

Penggunaan Atribut Sekolah untuk Acara Hura-Hura tak Mendidik

Seragam sekolah (ilustrasi)
Foto: indonetwork.co.id
Seragam sekolah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Penggunaan  atribut sekolah  di luar aktivitas pendidikan mendapat sorotan dari Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti. Pihaknya mengecam penggunaan atribut sekolah di luar pendidikan,  terlebih untuk acara hura-hura.

"Jangan menggunakan pakaian seragam sekolah tapi acaranya hura-hura. Itu tidak mendidik, bisa merusak generasi bangsa," ujar Mu'ti dalam keterangannya,  Jumat (7/10).

Pernyataan itu dilontarkan tokoh nasional itu menanggapi acara "Back to School Party" yang digelar Kafe Basecamp di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, pada Ahad  (2/10) dini hari lalu. 

Kasus ini ramai diperbincangkan setelah Sekda Kota Tanjungpinang, Riono menerima informasi adanya acara pembagian bir gratis untuk pengunjung yang memakai seragam sekolah oleh sebuah cafe. 

Dari laporan warga tersebut, Riono mengatakan, ia sempat menghubungi Satpol PP Tanjungpinang. Namun nomor kontak kepala sarpol tak aktif dan posisi Basecamp sejalan dengan kegiatan Muharam, Riono pun mampir dan masuk ke cafe tersebut pada pukul 00:00WIB.

"Saya masuk sendiri, lihat kasirnya berseragam SD dan berlambang SD. Sebab itu saya mencari penanggung jawab cafe karena berdasarkan laporannya ada 'free beer', tapi itu disangkal penanggung jawab cafe tersebut," ungkap Riono seperti dikutip Antara.

Sepengetahuan Riono, ia juga sempat menanyakan tujuan menggunakan seragam sekolah dalam event tersebut. Namun pertanyaan itu tak juga mendapat jawaban. Di sisi lain, pihak Basecamp juga tidak bisa menjamin peserta yang hadir di cafe dengan seragam sekolah tersebut, bukanlah pelajar.

"Anak sekolah ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi seluruh masyarakat dan swasta. Harusnya bukan seperti ini kegiatan yang dibuat," ucapnya.

Menurut Riono, kalau pengusaha mengadakan acara dan pengunjung berseragam sekolah lalu dapat bir maka artinya, peran swasta memberikan perlindungan dan tanggung jawab kepada pelajar di Tanjungpinang tidak ada.

"Saya masuk sendiri, lihat kasirnya berseragam SD dan berlambang SD. Sebab itu saya mencari penanggung jawab cafe karena berdasarkan laporannya ada 'free beer', tapi itu disangkal penanggung jawab cafe tersebut," ungkap Riono.

Seperti dilaporkan media lokal batampos.co.id, pemilik cafe tersebut sempat membentak Sekda Kota Tanjungpinang, Riono. Pemilik cafe sempat berkilah bahwa tidak satu pun pelajar yang datang dan mengikuti acara tersebut.

Saat ini, penggunaan seragam sekolah juga marak di televisi, padahal tak ada kaitan dengan pendidikan. Bahkan dalam acara-acara show yang mendatang penonton ke studio, baik itu humor atau musik, banyak pemirsa yang memakai atribut sekolah.

Abdul Mu'ti menyesalkan penggunaan atribut sekolah untuk acara yang tak ada hubungannya dengan pendidikan. "Acara di televisi itu seharusnya edukatif jangan sebaliknya," tegas dia. 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement