Rabu 05 Oct 2016 00:05 WIB

Anak Korban Dimas Kanjeng Curiga Ibunya Meninggal Dibunuh

Tersangka Dimas Kanjeng Taat Pribadi digiring petugas usai melakukan rekontruksi di padepokannya Desa Wangkal, Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (3/10).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Tersangka Dimas Kanjeng Taat Pribadi digiring petugas usai melakukan rekontruksi di padepokannya Desa Wangkal, Gading, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Muhammad Nur Jamil, anak bungsu almarhumah Hj Najmiah Muin korban penipuan dan penggandaan uang oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi senilai Rp 200 miliar lebih di Makassar, Sulawesi Selatan menduga bundanya meninggal karena dibunuh.

"Kami menganalisa ada kecurigaan, waktu kami bawa ke rumah sakit di Makassar saat diangnosa pertama terkena maag. Kami kemudian kurang puas hasil diagnosa dokter waktu itu, lalu kami dibawa ke Singapura untuk berobat," sebut Nur di kediaman pribadinya jalan Sunu blok K/10, Tallo, Makassar, Selasa (4/10) malam.

Dirinya menyatakan keberangkatan ke Singapura untuk berobat untuk memastikan sakit yang diderita bundanya yang meninggal dunia setelah berobat di negara tetangga itu lima bulan lalu.

"Dokter di sana mengatakan tidak apa-apa. Tetapi sewaktu masuk ICU sudah mulai terlihat keanehan, dari tangan terlihat mulai kehitaman dan lama kelamaan sampai pada kukunya terlihat hitam pekat," beber dia.

Sebelumnya ia juga mengatakan ada hubungan penyebab kematian ibundanya diketahui merupakan pebisnis jual beli tanah itu setelah meminum air dalam botol kiriman dari suruhan Kanjeng Dimas atas nama VJ. Kendati demikian dirinya tidak tahu persis berapa kali menerima air tersebut.

"Ada kiriman air dibawa suruhan Kanjeng Dimas itu ke bunda untuk diminum. Tetapi beberapa selang kemudian bunda jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit, setelah beberapa saaat dirawat bahkan dibawa ke Singapura, namun bunda akhirnya meninggal dunia," ungkapnya.

Nur Jamil juga mengemukakan telah beberapa kali protes dan memberikan saran serta memperingatkan ibu kandungnya itu agar tidak mempercayai adanya modus penggandaan uang, meski dilarang, bunda tetap tidak bergeming dan malah meminta dirinya ikut menemui kanjeng Dimas di Padepokan tepatnya di Probolinggo.

"Waktu itu saya akhirnya diajak kesana, awalnya saya curiga kenapa bawa koper, mungkin pakaian isinya, tetapi setiba disana setelah dibuka ternyata isinya uang semua, saya kaget," tuturnya.

Selain itu dirinya selalu mempertanyakan mengapa selalu mengirim uang sebanyak itu kesana bisa saja uang itu dipakai usaha lain, apakah itu dijamin. Tetapi bundanya mengatakan uang tersebut akan dijadikan mahar dan akan mendapatkan keuntungan berlipat dan bisa dibagi-bagikan ke masyarakat.

"Almarhum memang punya sifat sosial yang tinggi. Awalnya ada orang datang mempengaruhi dengan membawa ajaran agama, bunda kan orangnya beragama, setelah dipengaruhi akhirnya ikut hingga beberapa tahun. Mungkin saja bunda beberapa kali menuntut uang digadakan secepatnya agar kembali, tetapi ditolak oknum, kemudian diduga kuat bisa saja akhirnya diselesaikan," ungkap Nur.

Saat ditanyakan barang-barang yang disimpan bundanya yang kini diamankan polisi berupa emas batangan 400 kilo gram, mustika, keris yang diduga palsu termasuk uang palsu disimpan pada sembilan koper, kata dia membenarkan itu.

"Benar ada emas batangan beratnya sekitar 400 kilo gram, uang rupiah dan asing diduga palsu. jenglot, mustika dan keris lainnya dalam koper itu ada disimpan bunda. Sejak awal memang saya selalu curiga, dan ingin membuka, tapi bunda melarang karena masuk informasi bila membuka tanpa seizin kanjeng akan kena musibah," ucapnya.

Pria yang berprofesi sebagai pengusaha lintas kabupaten ini mengaku, setiap peti itu ingin dibuka ada telepon masuk dan melarang membuka peti lalu meminta mahar, pernah sebanyak Rp 400 juta, bahkan ironisnya semua peti harus diminyaki dengan minyak khusus dengan harga cukup mahal.

"Katanya kalau mau dibuka harus minta petunjuk kanjeng. Kalau tidak seizin kanjeng dibuka maka tidak jadi uang. Koper-koper itu datang satu persatu ada yang dibawakan dan adapula bunda yanga bawa sendiri pulang," ulasnya.

Sebelumnya, tim penyidik dari Polda Jawa Timur Kompol Pamuji tiba di Makassar pada Senin (3/10). Didampingi Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Frans Barung Magrera langsung menuju padepokan perwakilan Kanjeng Dimas Pribadi yang dikelola Marwah Daud dirumahnya jalan Bontobila, Kelurahan Bontobila, Kecamatan Manggala, Makassar.

Setelah melihat padepokan yang tertutup rata itu dan tidak ada aktivitas. Pada Selasa, hari ini, penyidik Kompol Pamuji bersama Kapolda Sulsel Irjen Pol Anton Charliyan, Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Rusdi Hartono dan Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Frans Barung Mangera menyaksikan langsung barang bukti uang dan emas batangan serta mustika batu mulia yang diduga palsu itu.

Saat pembokaran beberapa peti itu dirumah korban jalan Sunu kompleks perumahan dosesn blok K/10, Tallo, Makassar ditemukan empat peti uang palsu baik rupiah dan mata uang asing. Kemudian peti lainnya berisikan emas batangan, batu mustika, keris dan barang lainnya diduga palsu.

Berdasarkan keterangan pihak keluarga, barang-barang tersebut didapatkan secara bertahap dengan keseluruhan seperti mata uang asing dan kepingan emas batangan sebanyak sembilan koper uang dan satu peti emas serta batu mulia lainnya mulai tahun 2013-2015.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement