Kamis 18 Aug 2016 09:13 WIB

Longsor Meluas di Sukabumi, 332 Rumah Rusak

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nur Aini
Rumah warga yang dilanda longsor (ilustrasi).
Foto: Antara/Arif Pribadi
Rumah warga yang dilanda longsor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Longsor yang terjadi di Desa Cimenteng dan Desa Nagrakjaya Kecamatan Curugkembar Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat sejak Selasa (19/8) terus berlangsung hingga Rabu (17/8) ini. Bencana itu menyebabkan tebing longsor, tanah retak, dan ratusan bangunan rusak.

"Warga pun terpaksa mengungsi. Tipe longsoran yang merayap terus terjadi, apalagi ditambah dengan curah hujan yang masih terus turun menyebabkan longsor makin mengancam masyarakat," ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), melalui siaran resmi yang diterima Republika.co.id, Rabu (17/8).

Menurut data dari BNPB, jumlah keseluruhan bangunan yang terdampak longsor sebanyak 429 bangunan. Dengan rincian sebanyak 174 unit rumah rusak berat, 102 rumah rusak sedang, 56 rumah rusak ringan, dan 97 unit rumah terancam.

Selain itu bangunan fasilitas umum dan sawah mengalami kerusakan yang meliputi empat gedung majelis taklim rusak, empat mushola rusak, satu bangunan pesantren rusak, satu bangunan SD rusak berat, satu bangunan kantor desa rusak berat, satu Puskesmas pembantu rusak berat, satu bangunan Posyandu rusak berat, dan 10 hektare sawah rusak dan gagal panen.

Sebanyak 386 KK atau 1.139 jiwa terdampak langsung longsor. Menurutnya, jumlah pengungsi tidak tetap, tergantung pada cuaca. Saat hujan atau malam hari, pengungsi mencapai 300-350 jiwa, namun saat cuaca terang hanya berkisar 100-150 jiwa. Pengungsi ditempatkan di Pos I Kampung Babakan Desa Nagrakjaya terdapat sekitar 300 jiwa pengungsi pada malam hari saja, dan di Pos II Kampung Bojong Sawah terdapat sekitar 10 jiwa pengungsi Pada siang hari banyak pengungsi laki-laki dewasa yang bekerja di kebunnya.

Hingga saat ini, Bupati Sukabumi masih menetapkan masa tanggap darurat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi bersama Muspika, TNI/Polri, dan relawan serta masyarakat setempat melakukan evakuasi korban ke tempat yang aman.

Menurut Sutopo, BNPB terus mendampingi BPBD untuk penanganan darurat. BNPB telah memberikan dana siap pakai Rp 250 juta untuk operasional keposkoan sebagai bantuan tahap pertama. BPBD juga telah mengajukan permintaan bantuan termasuk untuk pembangunan hunian sementara bagi pengungsi.

Sementara itu Kementerian Sosial telah memberikan bantuan logistik. Sanitasi dan air bersih telah dibangun Dinas PU. Pelayanan kesehatan untuk para pengungsi dari Dinas Kesehatan. Posko tanggap darurat, pos kesehatan dan pemasangan rambu-rambu peringatan bencanadab jalur evakuasi telah didirikan. Relawan dari berbagai pihak seperti PMI, Pramuka Peduli, Tagana dan Rumah Zakat telah memberikan bantuan.

Tanah longsor yang berlangsung saat ini dinilai lebih besar dan terus meluas dibanding longsor pada 2012 lalu yang terjadi di dua desa yaitu Desa Cimenteng dan Bojong Tugu Kecamatan Curugkembar Kabupaten Sukabumi. Lokasi longsor saat ini merupakan daerah zona merah rawan tinggi bencana longsor. Dengan tipe longsoran yang merayap maka timbul ketidakpastian sampai kapan longsor besar akan terjadi.

Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat masih menempati rumah tersebut meski sudah rusak. Dampak dari longsor adalah bangunan rumah rusak, dari retak-retak hingga belah. Menururnya, wilayah ini memang tidak layak untuk permukiman. Oleh karena itu, solusi ke depan adalah relokasi bagi masyarakat yang rumahnya roboh atau rusak berat. Namun demikian, kata dia, relokasi tidak mudah dilakukan karena terkait ketersediaan lahan, matapencaharian masyarakat, dan faktor sosial ekonomi masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement