Selasa 19 Jul 2016 16:47 WIB

Kematian Santoso Ganjal Rencana ISIS di Asia Tenggara

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Bilal Ramadhan
Pimpinan kelompok teroris di Poso, Santoso (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Pimpinan kelompok teroris di Poso, Santoso (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan, tewasnya Santoso alias Abu Wardah dan Basri, merupakan buah dari kerja keras duet Tito-BG sebagai petinggi Polri yang baru dan kerja sama yang baik dengan TNI.

Kepada komunitas internasional, kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri. Karena itu, Bambang memberikan apresiasi kepada  Satgas Tinombala, yang merupakan gabungan Tentara Nasional Indonesia-Kepolisian RI.

Siang-malam prajurit TNI dan Polri memburu Santoso dan anggota MIT (Mujahidin Indonesia Timur) lainnya di medan berat di Pegunungan Biru di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.

''Keberhasilan menyergap dan menewaskan Santoso mencerminkan kerja keras Polri dan TNI, karena perburuan Santoso dan kelompoknya sudah berlangsung sejak lama,'' kata Bambang, kepada wartawan, Selasa (19/7).

Perburuan besar-besaran dimulai dengan menerjunkan pasukan dalam Operasi Camar Maleo sejak 2015. Tidak hanya satu kali, Operasi Camar Maleo bahkan berlangsung sampai operasi ke IV.

Operasi  perburuan itu dilanjutkan dengan mengganti sandi operasi menjadi Operasi Tinombala yang menggabung kekuatan prajurit TNI dan Polri. Tidak hanya mencerminkan kerja keras, semua proses dan tahapan itu menunjukan konsistensi Indonesia dalam memerangi jarongan teroris di dalam negeri.

Bahkan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memastikan bahwa Operasi Tinombala akan dilanjutkan untuk mengeliminasi para pengikut Santoso yang masih bersembunyi hutan. ''Kematian Santoso setidaknya juga akan mengganjal rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara,'' ujarnya.

Seperti diketahui, setelah menyatakan bergabung dengan ISIS, Santoso ingin menjadi kawasan hutan di Poso sebagai pusat latihan milisi bagi simpatisan ISIS. Kematian Santoso dan Basri setidaknya akan menghambat upaya ISIS membangun basis kekuatannya di Asia Tenggara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement