Sabtu 25 Jun 2016 07:30 WIB

Habibie, Mr Crack Pencerah Industri Manufaktur Pesawat

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ilham
Presiden RI ke-3 BJ. Habibie
Foto:
The third Indonesian president, BJ Habibie (file photo)

Pada tahun 1971, Habibie mempresentasikan sebuah penelitiannya yang bertajuk "Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen". Laporan itu menjabarkan perhitungan untuk memprediksi perambatan retakan pada material pesawat.

Andi menilai temuan Habibie saat itu tergolong hal baru yang kemudian memacu penyempurnaan pembuatan material pesawat terbang serta meningkatkan perhatian atas faktor keselamatan. Habibie menemukan satu cara yang sebelumnya masih misterius untuk memprediksi umur material pesawat yang berpotensi mengalami "kegagalan" material akibat adanya retakan atau crack.

Andi mengungkapkan, sebagai tenaga ahli pada perusahaan dirgantara Jerman, yakni Messerschmitt-Bölkow-Blohm, Habibie kala itu mencoba kritis untuk mencari jalan keluar atas kebingungan yang sempat melanda industri pesawat dunia. Atas temuan ini, tokoh kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, ini mendapat julukan Mr Crack.

Era 1950-an hingga 1970-an adalah periode penyempurnaan dan penciptaan pesawat terbang setelah pemanfaatan material yang lebih ringan, yakni aluminium. Namun, ada kelemahan yang dimiliki jenis material ini: retakan yang kerap muncul akibat pembebanan pada saat pesawat lepas landas dan gaya angkat di udara. Itulah yang menyebabkan tingginya jumlah kecelakaan pesawat sebelum dekade 1960 dan 1970.

Habibie dinilai memiliki kontribusi besar dalam merancang perhitungan yang cukup akurat untuk memprediksi asal titik retakan dan ke arah mana retakan di pesawat merambat. Perhitungan ini sangat membantu dalam perawatan pesawat sehingga operator pesawat tahu kapan pesawat harus diperbaiki.

"Sebelum ada perhitungan ini, karena kita tak tahu ke mana retakan merambat, agar aman material pesawat seluruhnya dibuat tebal. Hal ini membuat pesawat jadi berat. Setelah temuan ini, penebalan material hanya dilakukan di titik yang berpotensi retak. Pesawat lebih ringan jadinya," kata Andi, Senin (20/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement