Sabtu 25 Jun 2016 07:30 WIB

Habibie, Mr Crack Pencerah Industri Manufaktur Pesawat

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ilham
Presiden RI ke-3 BJ. Habibie
Foto: Republika/Yasin Habibi
Presiden RI ke-3 BJ. Habibie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen pesawat komersial yang berbasis di Prancis, Airbus, pernah merilis data statistik kecelakaan pesawat yang terjadi dalam rentang waktu 1958 hingga 2013.

Laporan tersebut menyebutkan, sejak ditemukannya pesawat jet pada dekade 1950-an, angka kecelakaan yang diakibatkan oleh kegagalan mesin atau kerusakan pada manufaktur pesawat semakin menurun hingga kini.

Di awal penemuan pesawat jet untuk komersial, rata-rata kecelakaan pesawat mencapai 12 kejadian per 1 juta penerbangan. Angkanya membaik pada 1965 dengan angka kecelakaan pesawat menjadi dua sampai tiga kejadian untuk 1 juta penerbangan.

Sedangkan, pada 1980, angkanya mengecil menjadi satu kejadian dan semakin berkurang pada kurun 1990 sampai 2013 dengan jumlah kecelakaan hanya berkisar di angka nol hingga satu kecelakaan per 1 juta penerbangan.

Kompetitor Airbus, produsen pesawat asal Amerika Serikat yakni Boeing, juga merilis laporan yang sama. Hasilnya serupa dengan catatan oleh Airbus bahwa angka kecelakaan pesawat mengecil setiap tahunnya.

Boeing melaporkan, dalam rentang waktu 1959 hingga 2004 terdapat 501 kecelakaan fatal yang dibarengi dengan hilangnya tenaga secara mendadak di bagian mesin. Dalam kurun yang sama juga tercatat ada 457 kejadian hilangnya tenaga mesin, tanpa diikuti dengan kecelakaan fatal.

Sebagai perbandingan, untuk rentang waktu 2005 hingga 2014, Boeing melaporkan penurunan angka kecelakaan yang cukup drastis. Dalam kurun waktu tersebut, 'hanya' terdapat 62 kecelakaan pesawat.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PT DI), Andi Alisjahbana menyebutkan, penurunan angka kecelakaan pesawat didorong oleh pembuatan pesawat yang lebih canggih dengan perhitungan-perhitungan yang lebih akurat dalam menyempurnakan penggunaan material pesawat.

Satu temuan yang berhasil mendorong penyempurnaan pembuatan pesawat yang lebih aman, adalah buah pemikiran pemuda Indonesia yang pada 1970-an sedang menempuh pendidikan di Aachen, Jerman. Ia adalah Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, mahasiswa Universitas Aachen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement