Senin 16 May 2016 19:21 WIB

Masyarakat Muda Diimbau Waspadai Hipertensi

Rep: C36/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: iStockPhoto
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Muhammad Subuh, mengatakan individu yang masih berusia muda harus mulai mewaspadai potensi hipertensi (tekanan darah tinggi). Saat ini, sebanyak 17 persen penderita hipertensi berusia 17 tahun - 24 tahun.

"Masyarakat perlu waspada risiko hipertensi sejak dini. Angka 17 persen itu termasuk tinggi untuk kalangan remaja dan dewasa awal," ujar Subuh kepada awak media di Jakarta, Senin (16/5).

Hipertensi, lanjut dia, merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan oleh gaya hidup. Faktor makanan, kurang gerak dan pola hidup yang buruk menjadi penyebab utama hipertensi.

Karena itu, pihaknya menyarankan penduduk muda dan penduduk usia dewasa serta lanjut untuk sering memeriksakan tekanan darah secara berkala. Pemeriksaan berkala dianggap penting untuk mencegah komplikasi akibat hipertensi.

Pemeriksaan tekanan darah, tutur dia, dapat diakses secara luas dari tingkat Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas hingga Rumah Sakit. Dalam rangka peringatan hari hipertensi sedunia, Kemenkes pun menyediakan layanan pemeriksaan tekanan darah secara gratis untuk instansi.

"Mulai 17 Mei hingga 17 Juni, kami sediakan bantuan alat pemeriksaan tekanan darah di instansi-instansi dan perkantoran. Kami harap, program ini semakin menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan secara umum," tambahnya.

Terpisah, ahli penyakit kardiovaskular, Dr dr Ismoyo Sunu SpJP (K), menjelaskan standar tekanan darah normal adalah 120/80. Individu yang memiliki tekanan darah 130/139 sudah harus waspada karena statusnya tergolong tekanan darah normal tinggi.

"Selanjutnya, tekanan darah 140/159 tergolong tekanan darah tinggi derajad 1. Individu yang mengalami tekanan darah tinggi derajad 1 disarankan untuk berhenti merokok. Meski belum ada pembuktian langsung, hipertensi dan rokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung," tambah Ismoyo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement