Lalu juga statemen Wasekjend PKS Mardani yang dilansir oleh media massa pada 9 januari 2016 yang menyebutkan bahwa ia diminta mundur oleh kader dan simpatisan.
Isu ini lalu menggelinding menjadi konsumsi publik luas. "Konstituen, kader dan simpatisan beserta media terus memburu tanya, Hal ini pula yang membuat Saya melakukan klarifikasi secara publik pula dengan mengeluarkan rilis klarifikasi karena pernyataan Mardani telah meresahkan banyak kader dan konstituen yang terus berburu tanya."
Ia pun mengeritik bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan tradisi PKS selama ini. Sejak saat itulah, ruang publik menjadi medan sengketa terbuka. Operasi-operasi yang dilakukan oleh beberapa oknum DPP inilah yang ia tangkap tekanan mundur ini merupakan kepentingan pribadi beberapa kelompok di dalam partai yang kemudian menggunakan alat kelembagaan untuk mencapai kepentingannya.
"Sejak pertama kali kepemimpinan baru berganti, sebagai anggota Partai yang duduk sebagai Wakil Ketua DPR RI, Saya tidak pernah diajak berbicara untuk menyusun arah baru partai seperti yang dikatakan. Saya juga sejak awal jika tidak lagi ditempatkan dalam struktur kepengurusan apapun di partai, ungkap Farhi.