Jumat 15 Apr 2016 13:37 WIB

Nelayan: Bagaimana Mau Mencari Ikan kalau Dijauhkan dari Laut

Rep: C21/ Red: Teguh Firmansyah
 Aktifitas warga di bekas bongkaran pemukiman warga kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (14/4).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Aktifitas warga di bekas bongkaran pemukiman warga kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (14/4). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang nelayan dari Pasar Ikan, RW4/RT1, Kel Penjaringan, Kec Penjaringan, Jakarta Utara, Irfan (30) masih tinggal di perahu miliknya. Ia tetap tinggal di perahu, meski sudah lima hari sudah sejak pembongkaran dilakukan.

"Belum sempat melaut, karena barang-barang di sini dengan anak dua, keponakan tujuh, paman, bibi dan istri," kata Irfan, Jumat (15/4).

Irfan menuturkan karena belum sempat melaut ia masih bertahan dengan mengambil besi bongkaran untuk jajan anaknya.  Irfan mengakui memang mendapatkan jatah rusun Rawa Bebek, Jakarta Timur.

Namun dengan kondisi yang jauh dari laut, apa seorang nelayan dapat mencari nafkah. Karena sejak kelas 4 SD atau umur sebelas tahun, dia sudah menjalani profesi sebagai nelayan.

Irfan masih bertahan di perahu sambil mencari uang untuk menyewa kontrakan. "Rencananya tetap bertahan, karena ke rumah susun jauh " kata dia.

Terkait dengan ucapan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk memberikan modal usaha Rp 5 juta - Rp 10 juta  Irfan belum pernah mendengarnya sama sekali. Misalkan benar, seharusnya SKPD di bawah pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mendatangi warga atau nelayan langsung.

"Misalkan benar ada modal Rp 5 - Rp 10 juta kita mau saja. Karena di rusun Rawa Bebek dia mendengar bayar sewanya Rp 300 ribu belum air dan listrik. Jangankan tempat tinggalnya, kios pun di sewa," kata dia.

Baca juga, Warga Korban Gusuran Pasar Ikan Merasa Tertipu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement