Rabu 23 Mar 2016 08:53 WIB

Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia Meningkat

Rep: Qommarria Rostanti / Red: Nur Aini
Pemberian ASI eksklusif tampaknya memuluskan transisi ke makanan padat.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pemberian ASI eksklusif tampaknya memuluskan transisi ke makanan padat.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek menyatakan status gizi Indonesia saat ini lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya cakupan ASI Eksklusif dan menurunnya angka balita pendek (stunting) di Indonesia.

“Dunia kini mengakui, Lancet Breastfeeding Series 2016 menyebutkan ASI Eksklusif kita meningkat dari sebelumnya 38 persen (Riskesdas, 2013) naik menjadi 65 persen”, ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/3).

Sementara itu, keberhasilan lainnya adalah Indonesia berhasil menurunkan angka stunting yang sebelumnya mencapai 37,2 persen (Riskesdas, 2013) menjadi 29,0 persen berdasarkan hasil pemantauan status gizi di 496 kabupaten/kota dengan melibatkan 165 ribu balita sebagai sampelnya.

Hasil ini diperkuat juga dengan data UNICEF yang melakukan intervensi selama tiga tahun sejak 2011 hingga 2014 di tiga kabupaten di Indonesia (Sikka, Jayawijaya, Klaten) dan berhasil menurunkan angka stunting sebesar 6 persen.  "Jadi stunting mulai turun, artinya intervensi kita tepat," kata Nila.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Nila menerangkan bahwa  anak dengan stunting memiliki kelemahan dan berkorelasi terhadap IQ yang rendah, tinggi badan, dan berat badan tidak sesuai grafik perkembangan, serta rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu, masyarakat utamanya para remaja harus mengerti dan memahami bagaimana merencanakan keluarga, utamanya mengenai nutrisi. Bagaimana kesiapannya untuk menikah, hamil dan memiliki anak, serta bagaimana agar dapat menjaga kecukupan nutrisi anak tersebut dan dirinya sendiri.

Berdasarkan daur kehidupan, kebutuhan nutrisi harus terpenuhi sejak bayi hingga manula. Namun yang juga penting adalah para remaja. Dia menyebut upaya perbaikan gizi seyogyanya dilakukan melalui pendekatan continuum of care dengan fokus yang diutamakan adalah 1000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari masa kehamilan sampai anak berumur 2 tahun. Nutrisi ini penting, karena merupakan daya ungkit untuk mendapatkan sumber daya manusia berkualitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement