Senin 21 Mar 2016 00:27 WIB

Ahok: Partai Banyak Mikir Dukung Saya

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Citra Listya Rini
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok).
Foto: Antara/Reno Esnir
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok mengungkapkan mengapa dirinya lebih pilih jalur independen dalam Pilgub DKI 2017. Menurutnya, partai politik terlalu banyak mikir untuk menggaetnya sebagai bakal calon gubernur.

''Partai yang memutuskan untuk mendukung sangat lambat. Saya lebih cocok profesional daripada politik karena tidak punya uang,'' kata Ahok saat menghadiri pelantikan pengurus Nasdem, di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (20/3).

Namun, dia menyebutkan Nasdem adalah salah satu partai yang tidak butuh waktu lama untuk mendukungnya. Ia mengaku telah kenal dengan ketua umum Nasdem Surya Paloh sejak menjabat sebagai Bupati Belitung Timur.

Dirinya juga bercerita Surya Paloh merupakan teman dari bapaknya. Ahok pun terlibat menjadi deklarator ormas Nasdem. Bahkan, saat ini adiknya juga menjadi pengurus partai Nasdem.

''Kalau sama yang lain belum tentu bisa ketemu, debat dulu. Kalau Nasdem langsung tanpa pikir panjang. Ini jadi buat enggak enak hati,'' ucap dia.

Ahok bercanda, salah satu mengapa dirinya memilih Nasdem adalah karena wajah Surya Paloh bukan muka penjahat walaupun terlihat seram. Namun, yang paling penting menurut Ahok, Paloh dinilai tidak masalah ditinggalnya jika nanti terpilih menjadi gubernur DKI.

''Kenapa saya memutuskan jalur perorangan, karena dalam membangun negara yang dibutuhkan adalah kepercayaan. Nah, Nasdem berpikir bagaimana merestorasi kepercayaan rakyat terhadap Parpol,'' katanya.

Menurut Ahok, rakyat sudah tidak percaya kepada partai politik. Sehingga, ia menilai rakyat sedang menanti, siapa yang meski berkuasa, tapi tetap menunjukan karakter sejatinya.

Ahok menambahkan, pilihannya melalui jalur independen adalah untuk melatih rakyat agar memilih yang benar. Sebab, Ahok mengatakan sebuah negara akan runtuh jika pejabatnya suka menyuap. Nah, ia tidak ingin itu dilakukan dengan diawali mahar-mahar politik dari Parpol.

Gubernur DKI itu juga ingin membuktikan, dalam Pilkada 2017 nanti, warga DKI bisa memilihnya karena Meritokrasi, bukan karena warna kulit, suku ataupun agama. ''Dengan begitu, kepercayaan rakyat naik kepada PNS,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement