Rabu 13 Jan 2016 14:29 WIB
Fenomena Gerakan Sempalan Keagamaan

Dari Imam Sampurno, Entong Gendut, Wong Kere, Hingga Gafatar

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
  Warga melihat tabloid Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) terbitan 2014 di Jombang, Jawa Timur, Rabu (13/1).
Foto:
Guru besar sejarah UNS Hermanu Joebagio

Guru Besar Sejarah Islam Universitas Sebelas Maret (UNS) Hermanu Joebagio menegaskan bahwa munculnya berbagai gerakan sempalan keagamaan seharusnya menjadi peringatan bahwa masyarakat Indonesia tengah mengalami nestapa yang akut (masyarakat sakit). Untuk itu, pemerintah harus segera bertindak memberdayakan mereka.

‘’Pemerintah dan lembaga keagamaan yang ada saya harap jangan malah melakukan represi kepada mereka. Lebih baik berdayakan dan cari masalahnya mengapa sampai seperti itu. Gerakan sempalan itu dilakukan karena mereka sebenarnya adalah orang-orang yang butuh diperhatikan,’’ kata Joebagio.

Menurutnya, pemerintah memang seharusnya segera mengambil tindakan yang tepat dan tak boleh membiarkannya begitu saja. Sebab, bila dibiarkan, gerakan ini akan membesar dan akhirnya akan membuat masalah, baik bagi masyarakat, negara, maupun para pengikutnya.

‘’Sekali lagi fenomena ini adalah sebenarnya merupakan gerakan politik. Muncul karena terjadi ketidakmampuan ekonomi, keserakahan politk, persoalan kesenjangan sosial, dan lainnya,’’ ujarnya.

Dalam sejarah perkembangan Islam di Jawa, misalnya, munculnya gerakan sempalan ini selalu terjadi ketika ada arus perubahan kekuasaan. Jadi, kepada masyarakat dan umat Islam hendaknya bisa cerdas memahami //setting// masalah yang ada di belakangnya.

 ‘’Jadi, jangan diberi stigma. Justru, mereka harus dibantu agar bisa keluar dari masalah yang sebenarnya. Pemerintahan Presiden Jokowi harus memberdayakannya,’’ ujar Hermanu menegaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement